Harga Minyak akan Capai Keseimbangan Baru US$60 per Barel
JAKARTA- Harga minyak diperkirakan akan mencapai titik keseimbangan baru yaitu US$60 dolar per barel, setelah anjloknya harga minyak akibat penurunan permintaan di tengah wabah COVID-19. “Itu tidak terjadi pada 2021, bukan juga pada 2021,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto dalam FGD secara daring […]
Industri
JAKARTA- Harga minyak diperkirakan akan mencapai titik keseimbangan baru yaitu US$60 dolar per barel, setelah anjloknya harga minyak akibat penurunan permintaan di tengah wabah COVID-19.
“Itu tidak terjadi pada 2021, bukan juga pada 2021,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto dalam FGD secara daring di Jakarta, Senin 15 Juni 2020.
Ia mengatakan, setelah mengolah data, kemungkinan titik keseimbangan baru harga minyak tersebut akan terjadi pada 2024 atau 2025.
Ia menjelaskan ada tiga asumsi dasar atas perkiraan titik kesimbangan baru harga minyak tersebut, yang kini terus berfluktuasi akibatwabah COVID-19 yang berdampak pada penurunan permintaan minyak dunia.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pertama, perhitungan berdasarkan biaya produksi, yang bila harga minyak di bawah 30 dolar Amerika Serikat per barel maka akan banyak perusahaan minyak yang kolaps, kecuali yang memiliki cadangan besar.
Kedua, pembicaraan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang mulai memangkas produksi mereka.
Ketiga, analisa-analisa perkiraan harga minyak mentah Brent oleh lembaga riset energi Woodmac, Rystad and Platts.
Ia mengakui dampak COVID-19 yang menyebabkan harga minyak dunia bergejolak telah menurunkan aktivitas operasional kegiatan usaha hulu minyak dan gas (migas).
Bahkan dia akui ada sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) minyak dan gas (migas) yang melakukan penundaan rencana bisnis mereka. Namun, pihaknya terus melakukan komunikasi agar produksi dan lifting minyak tetap terjaga.
“Angkanya yang realistis tahun ini 705 ribu barel per hari, dari target APBN 755 ribu barel per hari,” katanya.
Selain itu, dampak COVID-19 dan gejolak harga minyak dunia juga menyebabkan penurunan pemanfaatan migas, penurunan keekonomian lapangan migas, penurunan outlook lifting 2020, dan mundurnya onstream Proyek Marakes dari Kuartal III 2020 menjadi kembali ke rencana awal POD Kuartal I 2020.