Ilustrasi produksi minyak mentah
Nasional

Harga Minyak Dunia Terus Melambung, Mantan Wamen ESDM Ini Bocorkan Faktor Pendorongnya

  • Seusai pandemi COVID-19 tantangan tingginya harga energi juga menghantui. Apa saja faktor pendorongnya

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA – Tingginya harga bahan komoditas, seperti minyak dunia menjadi tantangan baru setelah pandemi Covid-19 mereda. Apalagi, harga minyak dunia terus melambung hingga mencapai US$120 per barel.

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengamati, ada lima faktor yang membuat harga komoditas satu ini terus melambung.

"Sejumlah lembaga ekonomi dunia memprediksi bahwa harga minyak yang saat ini berkisar antara US$110-US$120 per barel masih bisa melonjak tinggi. Namun ada beberapa faktor yang bisa mendorong harga minyak dunia akan tetap tinggi tahun ini," ujar Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar dalam laman media sosialnya dikutip pada Jumat, 10 Juni 2022.

Pertama perang antara Rusia-Ukraina, lanjutnya, hal ini menyebabkan pasokan minyak di pasar global berkurang. Rusia sebagai produsen minyak terbesar ketiga di dunia memasok 11% kebutuhan minyak dunia, akibat perang beberapa negara berbelok mengekpor selain ke Rusia.

Faktor kedua produksi minyak di negara-negara berkembang berkurang, ini merupakan imbas dari kebijakan perusahaan minyak Amerika Serikat (AS) yang mengkonsolidasikan asetnya ke dalam negeri. Hal ini menyebabkan beberapa proyek migas milik Chevron,Exxon, dan ConcoPhilips banyak yang dijual.

Eks wakil Menteri ESDM ini juga membeberkan faktor ketiga harga minyak melambung, menurutnya karena strategi Uni Eropa yang beralih ke renewable energy sehingga lapangan migas Laut Utara terbengkalai.

Faktor keempat adanya harapan akan kendaraan listrik (EV) yang akan menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil (ICE) secara cepat, namun belum dapat terwujud secara masif.

Hal ini dikarenakan terbatasnya raw material untuk baterai, pembangunan fasilitas charging station yang masih terbatas dan kekurangan chip untuk komponen mobil listrik.

Faktor terakhir yang Ia kemukakan, karena ada persaingan antara pemenuhan kebutuhan pangan atau energi untuk biofuel. Bahan dasar untuk produksi biofuel yang diharapkan menggantikan energi fossil fuel belum sepenuhnya bisa diandalkan.