Ilustrasi produksi minyak mentah
Nasional

Harga Minyak Dunia Terus Melemah, Hari Ini Ambles 3,15 Persen

  • Harga komoditas minyak mentah dunia itu terpantau terus mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Senin, 14 Maret 2022, harga minyak dunia di pasar berjangka WTI tercatat ambles sebesar 3,15% menjadi US$105,97 per barel pukul 12:31 WIB.

Nasional

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA – Harga komoditas minyak mentah dunia itu terpantau terus mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Senin, 14 Maret 2022, harga minyak dunia di pasar berjangka WTI  tercatat ambles sebesar 3,15% menjadi US$105,97 per barel pukul 12:31 WIB.

Harga minyak mentah dunia sebelumnya sempat mencapai level tertingginya sejak 2008 lalu hingga berada di level US$130,5 per barel pada 4 Maret 2022. Namun setelahnya, harga minyak dunia justru mengalami reversal dan secara berangsur terus mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir.

Terhitung sejak menyentuh level tertingginya itu, harga minyak mentah dunia telah mengalami penurunan tajam sebesar 18,8%. Meski begitu, pergerakan harga minyak mentah dunia yang terjadi saat ini tercatat masih relatif tinggi dengan bergerak diatas level psikologis US$100 per barel.

Naik-turunnya harga minyak mentah dunia pun masih dipengaruhi kuat oleh isu geopolitik yang saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina. Sejumlah dampak yang terjadi akibat invasi militer yang dilakukan oleh Rusia itu juga turut mengerek harga komoditas energi lainnya seperti gas alam dan batu bara.

Sementara itu, melemahnya tren kenaikan harga minyak mentah dunia yang tengah berlangsung ini juga terjadi seiring dengan meningkatnya optimistis para investor terhadap adanya de-eskalasi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina dalam beberapa hari kedepan. 

Adapun konflik tersebut sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak mentah dunia mengingat Rusia merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia yang memiliki kemampuan rata-rata produksi hingga mencapai sekitar 11,2 juta barel per hari.

Invasi yang dilakukan oleh Rusia serta beberapa sanksi yang menjeratnya itu kemudian semakin memperburuk masalah rantai pasok yang sebelumnya sudah terdampak akibat pandemi COVID-19.