<p>Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengeklaim berhasil melakukan efisiensi biaya di lapangan sebesar US$500 juta hingga US$600 juta pada kuartal-I tahun 2021. / Ilustrasi. Sumber: esdm.go.id</p>
Industri

Harga Minyak Melonjak Tinggi, Ini Untung-Rugi Bagi Indonesia

  • Melonjaknya harga minyak dunia pada Juni 2021 memiliki dampak yang bervariasi bagi Indonesia.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Melonjaknya harga minyak dunia pada Juni 2021 memiliki dampak yang bervariasi bagi Indonesia.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam risetnya mengatakan kenaikan harga minyak dunia di satu sisi memiliki potensi untuk meningkatkan surplus anggaran karena peningkatan pendapatan di sektor migas domestik.

“Berdasarkan Nota Keuangan 2021, setiap kenaikan US$1 per barel berpotensi meningkatkan surplus anggaran sebesar Rp0,6 triliun hingga Rp0,7 triliun,” tulis Bank Mandiri Daily Economic and Marker Review, Rabu 23 Juni 2021.

Di lain sisi, kenaikan harga migas juga berpotensi menekan kinerja neraca perdagangan Indonesia. Sebab, Indonesia masih menjadi net consumer migas.

Menurut data, harga minya brent pada 21 Juni 2021 mencapai US$74,9 per barrel, tumbuh 44,59% year to date (ytd). Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak brent sudah berada di atas US$70 per barrel sejak awal Juni 2021 (US$70,25 per barrel).

Harga tersebut jauh lebih tinggi dari awal Juni 2020 (US$ 38,32 per barrel) dan awal Juni 2019 (US$ 61,97 per barrel). Kenaikan harga tersebut masih didorong oleh penurunan persediaan minyak dunia untuk mengimbangi permintaannya.

“Walaupun begitu, tingkat penurunan persedian minyak dunia sudah melambat pada lima bulan terakhir.”

Dari segi permintaan, minyak dunia tumbuh 14,1% year on year (yoy) pada Mei 2021. Laporan EIA (Energy Information Administration) US memperkirakan konsumsi minyak dunia mencapai 96,2 juta barel per hari atau tumbuh 14,1% dibandingkan dengan Mei 2020 yang hanya 84,3 juta barel per hari.

Akan tetapi, permintaan minyak pada Mei 2021 tersebut belum mencapai level normal sebelum COVID-10 karena masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan kondisi pada 2019 yang mencapai 99,9 juta barel per hari.

Dalam laporan yang sama, EIA memperkirakan rata-rata permintaan minyak dunia akan naik hingga 97,7 juta barel per hari pada 2021 dan menyentuh 101,3 juta barel per hari pada 2022.

Sebagai tambahan informasi, rata-rata produksi minyak dunia diperkirakan berada pada 96,9 juta barel per hari pada 2021 dan meningkat hingga 101,8 juta barel per hari pada 2022. (LRD)