Harga Minyak Mentah Merosot Imbas Gencatan Senjata Yaman
- JAKARTA—Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan di awal perdagangan Minggu (3/4), hal ini disebabkan oleh genjatan senjata setelah Uni Emirat Arab dan Houthi yang bersekutu dengan Iran pecah.
Pasar Modal
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali merosot dikarenakan investor mengamati pelepasan pasokan dari cadangan strategis dari negara-negara konsumen. Sementara gencatan senjata di Yaman dapat meredakan kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah.
Uni Emirat Arab (UEA) juga melakukan gencatan senjata tersebut meskipun sebelumnya ditengahi PBB di Yaman. Houthi yang bersekutu dengan Iran, juga menyambut gencatan senjata tersebut. "Ini adalah ancaman terhadap pasokan, dan gencatan senjata akan mengurangi ancaman itu terhadap pasokan," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Melansir Reuters, Senin, 4 April 2022, untuk minyak mentah berjangka Brent turun US$1,01 atau 1% menjadi US$103,38 per barel. Sementara untuk harga minyak mentah berjangka WTI turun 84 sen, atau 0,9% menjadi US$98,43 per barel.
- Ide Menu Buka Puasa Sehat di Tengah Pandemi
- Benarkah Disuntik Vaksin Booster Membatalkan Puasa Ramadan? Ini Penjelasannya
- Raih Rating Tertinggi, Ini Sinopsis dan Link Nonton Drakor Tomorrow
Harga minyak turun sekitar 13 persen pada pekan lalu hal ini menjadi penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun, setelah Presiden AS, Joe Biden pernah mengumumkan rilis cadangan minyak AS terbesar yang bernah ada.
Joe Biden mengumumkan pelepasan 1 juta barel per hari (bph) minyak mentah selama enam bulan dari Mei pada Kamis pekan lalu. Terhitung ada 180 juta barel rilis terbesar yang pernah ada dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS.
Pasar telah mengkhawatirkan pasokan global ini menurun juga sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari.
Meskipun sanksi yang dikenakan pada Rusia atas invasi tersebut mengganggu pasokan minyak dan mendorong harga minyak ke hampir US$140 per barel dan menjadi tertinggi dalam sekitar 14 tahun.
Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) berkomitmen untuk melepas cadangan minyak lainnya dalam pertemuan luar biasa, menurut kementerian industri Jepang.
"ketika Anda melihat rilis dari SPR, masih ada banyak pertanyaan tentang bagaimana mereka akan mengeluarkan semua minyak itu dari sana," kata Flynn.
Sementara itu, raksasa energi milik negara Rusia Gazprom (GAZP.MM) mengatakan, bahwa pihaknya terus memasok gas alam ke Eropa melalui Ukraina sejalan dengan permintaan dari konsumen Eropa.