Harga Minyak Naik Tipis di Asia, Investor Perhatikan Pengetatan Pasokan AS
- Harga minyak mentah Brent naik 10 sen menjadi U$78,60 per barel atau setara dengan Rp1,17 juta pada pukul 06.30 waktu setempat.
Dunia
JAKARTA - Harga minyak naik tipis dalam perdagangan Asia pada hari Selasa 18 Juli 2023. Hal ini karena investor melihat kemungkinan pengetatan pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS), setelah merosot di sesi sebelumnya akibat pertumbuhan ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan.
Dilansir dari Reuters, Selasa, harga minyak mentah Brent naik 10 sen menjadi U$78,60 per barel atau setara dengan Rp1,17 juta pada pukul 06.30 waktu setempat. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 14 sen menjadi U$74,29 per barel atau setara Rp1,1 juta.
Kedua kontrak tersebut turun lebih dari 1,5% dibanding hari Senin. Pelaku pasar sedang menunggu data industri pada hari Selasa yang diperkirakan akan menunjukkan stok minyak mentah AS dan persediaan produk turun pekan lalu.
- Pemogokan Pekerja UPS Berpotensi Guncang Ekonomi AS
- ESG Jadi Penilaian Utama Investor, Ini yang Harus Dilakukan Perusahaan
- China Luncurkan Reaktor Thorium Pertama, Inovasi Energi Nuklir Ramah Lingkungan
Empat analis yang disurvei Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah AS turun sekitar 2,3 juta barel dalam sepekan hingga 14 Juli. Data Produk Domestik Bruto (PDB) yang lesu dari China mempertahankan kewaspadaan terhadap harga dengan beberapa kekhawatiran dalam pemulihan permintaan. Hal itu disampaikan Jun Rong Yeap, seorang ahli strategi pasar di Singapura.
PDB China tumbuh 6,3% secara tahunan pada kuartal kedua. Sebelumnya perkiraan analis sebesar 7,3%, karena pemulihan pascapandemi kehilangan momentumnya. “Meski demikian, beberapa dorongan dari pembeli telah muncul akhir-akhir ini, dengan harga menembus di atas pola konsolidasi jangka pendeknya pekan lalu,” imbuh Yeap.
Ladang Minyak Libya
Sementara itu, produksi minyak serpih AS diproyeksikan akan turun menjadi sekitar 9,40 juta barel per hari pada Agustus, yang akan menjadi penurunan bulanan pertama sejak Desember 2022. Hal itu menurut data dari Badan Informasi Energi yang dirilis Senin.
Namun, pasokan global dapat mengalami peningkatan akibat dimulainya produksi di dua dari tiga ladang minyak Libya yang ditutup pekan lalu. Produksi telah dihentikan karena adanya protes terhadap penculikan mantan Menteri Keuangan.
"Harga kemungkinan akan berada pada rata-rata pergerakan 50 hari, yang saat ini berperan sebagai dukungan jangka pendek utama pada US$71,70 per barel (setara Rp1 juta) untuk WTI,” tutur Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA.