Harga Minyak Tergelincir Dampak Gelombang Serangan di Yaman
- Harga minyak tergelincir pada Senin, 15 Januari 2024, dengan para pedagang mengawasi risiko gangguan pasokan di Timur Tengah. Hal itu menyusul serangan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menghentikan milisi Houthi di Yaman yang menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Dunia
JAKARTA - Harga minyak tergelincir pada Senin, 15 Januari 2024, dengan para pedagang mengawasi risiko gangguan pasokan di Timur Tengah. Hal itu menyusul serangan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menghentikan milisi Houthi di Yaman yang menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Minyak mentah berjangka Brent turun 31 sen, atau 0,4%, menjadi US$77,98 per barel pada 01:24 GMT setelah mengalami kenaikan 1,1% pada Jumat, 12 Januari 2024. Minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level Us$72,36 per barel, turun 32 sen, atau 0,4%, menyusul kenaikan hampir 1% di sesi sebelumnya.
Pekan lalu, indeks saham melonjak lebih dari 2% mencapai level intraday tertinggi tahun ini setelah pasukan Amerika Serikat dan Inggris meluncurkan puluhan serangan udara terhadap pasukan Houthi sebagai pembalasan atas serangkaian serangan terhadap pengiriman di Laut Merah yang dilakukan oleh para pejuang yang didukung Iran.
- Anti Boncos! Simak Tips Membeli Rumah dari Ahli Keuangan Dave Ramsey
- Validasi NIK jadi NPWP Kian Mudah, Simak Caranya!
- 7 Fakta Menarik Tentang Mekah
Hal itu dianggap sebagai respons terhadap perang di Gaza. Pada Minggu, 14 Januari 2024, milisi Houthi mengancam akan memberikan tanggapan yang kuat dan efektif setelah Amerika Serikat melakukan serangan lain semalam, meningkatkan ketegangan.
AS kemudian mengatakan pihaknya menembak jatuh sebuah rudal yang ditembakkan ke salah satu kapalnya dari daerah militan Houthi di Yaman. Presiden Joe Biden mengatakan Amerika Serikat telah mengirim pesan pribadi ke Iran tentang serangan Houthi.
Beberapa pemilik kapal tanker menghindari Laut Merah dan beberapa kapal tanker mengubah arah pada Jumat, 12 Januari 2024, setelah serangan tersebut, meskipun para pedagang masih mengawasi tanggapan Iran dan dampaknya terhadap pengiriman di Selat Hormuz, jalur pengiriman minyak paling penting di dunia.
“Karena konflik Timur Tengah saat ini tidak mempengaruhi produksi minyak, premi risiko geopolitik yang dikenakan pada harga minyak sekarang tampak rendah berdasarkan volatilitas opsi yang tersirat,” tukas analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters, pada Senin.
“Walaupun kemungkinan terjadi menurut pandangan kami rendah, kami memperkirakan bahwa harga minyak akan naik 20% dalam bulan pertama jika terjadi gangguan di Selat Hormuz, dan mungkin sementara waktu melonjak dua kali lipat dalam kemungkinan gangguan yang lebih panjang.”
- Deretan Kecelakaan Kereta Api Selama Dua Pekan Terakhir
- Simak, Begini Cara Transfer dan Terima Uang Pakai QRIS di BRImo
- Jadi Aplikasi All in One, Penjualan di WeChat Channels Naik 300 Persen pada 2023
Di Libya, orang-orang yang memprotes dugaan korupsi mengancam akan menutup dua fasilitas minyak dan gas lagi setelah menutup ladang Sharara yang memiliki produksi sebesar 300.000 barel per hari pada 7 Januari.
Di AS, perusahaan listrik dan gas alam pada hari Jumat bersiap menghadapi cuaca dingin yang ekstrem selama liburan akhir pekan Martin Luther King Day yang diperkirakan akan menyebabkan rekor permintaan gas sekaligus memangkas pasokan dengan membekukan sumur.