Harga Minyak Turun, Bagaimana Dampaknya bagi Saham Migas?
- Stockbit Sekuritas mengungkapkan bahwa penurunan harga minyak ini berpotensi memberikan sentimen negatif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas.
Korporasi
JAKARTA - Harga minyak mentah berjangka Brent mengalami penurunan signifikan sebesar US$3,8 sebesar 4,9% ke level US$73,71 per barel pada Selasa, 3 September 2024, kemarin, yang merupakan titik terendah dalam sembilan bulan terakhir.
Selain itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga mencatat penurunan sebesar US$3,25 sebesar 4,2% ke posisi US$70,3 per barel. Angka ini juga menjadi harga terendah sejak Januari tahun ini.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, mengungkapkan bahwa penurunan harga minyak ini berpotensi memberikan sentimen negatif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas seperti MEDC, ENRG, WINS, ELSA, dan LEAD.
- Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis Rp2.000 Segram
- 7 Kesalahan yang Bisa Merusak Skor Kredit
- LQ45 Loyo, Cuma Ada 4 Saham Cuan Pagi Ini
Sementara itu, pada perdagangan berjalan hari ini, Rabu, 4 September 2024, pukul 10.52 WIB, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang merupakan emiten migas Indeks LQ45, terpantau melemah 1,99% ke level Rp1.230 per saham.
Melansi laporan Reuters penurunan harga minyak ini dipicu oleh peningkatan pasokan dari Libya. Dilaporkan bahwa terdapat kesepakatan untuk menyelesaikan perselisihan yang telah menghentikan produksi dan ekspor minyak di negara tersebut.
“Badan legislatif Libya telah sepakat untuk menunjuk gubernur bank sentral yang baru dalam waktu 30 hari setelah pembicaraan yang difasilitasi oleh PBB,” kata seorang perwaklian kepada Reuters.
Prediksi Harga Minyak
Sebelumnya, enam insinyur menginformasikan kepada Reuters bahwa ekspor minyak di pelabuhan-pelabuhan utama Libya dihentikan pada Senin, dan produksi dibatasi di seluruh negeri, melanjutkan kebuntuan antara faksi politik saingan atas kendali bank sentral dan pendapatan minyak.
Selain itu, National Oil Corporation (NOC) Libya juga menyatakan keadaan darurat di ladang minyak The Elephant (El Feel) mulai 2 September. NOC melaporkan bahwa total produksi menurun dari 959.000 barel per hari (bpd) pada 26 Agustus menjadi 591.000 barel per hari pada 28 Agustus, padahal pada 20 Juli produksi masih berada di sekitar 1,28 juta barel per hari.
Selain pengaruh dari pasokan Libya, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh melemahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi di China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.
“PMI manufaktur China yang lebih lemah dari perkiraan selama akhir pekan memperburuk kekhawatiran terkait kinerja ekonomi China,” ujar Charalampos Pissouros, Analis Investasi Senior di Pialang XM.
China melaporkan bahwa pesanan ekspor turun untuk pertama kalinya dalam delapan bulan pada Juli, sementara harga rumah baru meningkat pada Agustus, mengindikasikan perlambatan ekonomi tahun ini.
Fawad Razaqzada, Analis Pasar Forex, menambahkan bahwa harapan harga minyak akan mencapai puncak baru pada musim panas 2024 gagal terwujud, seiring dengan data terbaru yang tidak menunjukkan percepatan permintaan impor di China, Eropa, atau Amerika Utara.
"Fakta bahwa data terbaru tidak menunjukkan tanda-tanda percepatan permintaan impor di Cina, Eropa, atau Amerika Utara mengindikasikan bahwa pasar minyak mungkin tidak akan seketat yang diperkirakan beberapa bulan lalu," kata Razaqzada.