Harga Nikel Bebani Laba INCO, Analis Ungkap Prospeknya
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat peningkatan produksi nikel selama kuartal I-2024. Namun, kinerja keuangan mengalami penurunan akibat rendahnya realisasi harga jual.
Korporasi
JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat peningkatan produksi nikel selama kuartal I-2024. Namun, kinerja keuangan mengalami penurunan akibat rendahnya realisasi harga nikel.
Chief Financial Officer Vale Indonesia, Bernardus Imanto, menyatakan bahwa selama kuartal I-2024, INCO memproduksi 18.199 metrik ton nikel dalam matte, meningkat 8,52% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 16.769 metrik ton.
“Penurunan ini terutama disebabkan oleh harga realisasi rata-rata yang lebih rendah, dengan penyesuaian sebesar 41,62%,” kata Bernardus dalam keterangan resmi pada Selasa, 2 Juli 2024.
- Geng Brain Cipher Ransomware akan Berikan Kunci Eskripsi PDNS 2 Secara Gratis
- Sederet Fakta Kasus Korupsi Tol MBZ, dari Kekuatan hingga Kesepakatan di Ratas Kabinet
- Pertamina Tahan Harga BBM, Shell Indonesia hingga Vivo Justru Turun
Sepanjang 2024, emiten bersandi INCO menargetkan produksi nikel sekitar 70.800 metrik ton dalam matte. Penjualan nikel matte meningkat dari 16.758 metrik ton menjadi 18.175 metrik ton. Namun, harga realisasi rata-rata justru turun 41,62% menjadi US$12.651 per ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$21.672 per ton.
Akibatnya, pendapatan INCO dari sektor nikel turun menjadi US$229,9 juta, mencerminkan penurunan 37% dibandingkan dengan pendapatan kuartal I-2023. Hal ini mengakibatkan laba INCO anjlok 96,32% menjadi Rp98,31 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menyikapi hal tersebut, Analis KB Valbury Sekuritas Steven Gunawan menyatakan bahwa secara umum penyebab penurunan pendapatan INCO adalah penurunan harga nikel. "Harga nikel turun seiring dengan pelemahan ekonomi dan rumor oversupply kendaraan listrik di China," kata Steven kepada wartawan di Jakarta, Senin 1 Juli 2024.
Lebih lanjut, Steven menjelaskan bahwa nikel sebagai bahan baku industri secara umum akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang melemah. Kondisi tersebut akan menyebabkan permintaan komoditas seperti nikel menurun.
- Mengupas Relevansi ESG dalam Industri Nikel untuk Baterai EV di Indonesia
- EV Dicap Lebih Hijau tapi Listrik Masih dari Batu Bara, Inilah Rekomendasi dari AEER
- Biang Kerok Laba Vale (INCO) Kuartal I-2024 Anjlok 96 Persen
Prospek Harga Nikel
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, mengatakan bahwa sepanjang 2024, pendapatan INCO diperkirakan akan meningkat sebesar 20%. Hal ini disebabkan oleh kombinasi lonjakan harga nikel dan kemampuan INCO dalam mengelola biaya produksi.
“Kami meningkatkan asumsi harga nikel ke level US$18.150 hingga US$20.750 per ton. Kami memperkirakan harga akan tetap tinggi sekitar US$20.000 per ton menjelang akhir tahun,” kata Rizkia dalam risetnya.
Rizkia menjelaskan bahwa INCO menjaga perjanjian penjualan jangka panjang dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM), yang efektif menciptakan pasar tertutup untuk produksinya. Selain itu, INCO memiliki kemampuan untuk mengelola biaya produksi dengan mengubah sumber energi untuk peleburannya.
Berdasarkan laporan keuangannya, penjualan nikel kepada VCL pada kuartal I-2024 turun ke US$183,74 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$290,38 juta. Hasil penjualan nikel kepada SMM juga turun menjadi US$46,19 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$72,79 juta.
Setelah memenuhi komitmen divestasinya kepada MIND ID, INCO juga wajib menyelesaikan pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan hilirnya. Komitmen ini memperkuat prospek jangka panjang perusahaan.