Harga Nikel Punya Prospek Baik, Henan Putihrai Tingkatkan Target Saham INCO
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diprediksi memiliki potensi pertumbuhan di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan prospek harga nikel dunia yang lebih baik.
Pasar Modal
JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diprediksi memiliki potensi pertumbuhan di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan prospek harga nikel dunia yang lebih baik.
Dari sisi kinerja operasional, perseroan mencatat penjualan sebesar 17.352 ton nikel pada kuartal IV-2021 atau lebih rendah 6,6% dari kuartal sebelumnya (qoq). Namun, Pendapatan sebesar US$267 juta hanya 2% lebih rendah secara kuartalan karena harga jual rata-rata (average sales price/ASP) sebesar US$15.372 per ton atau 5% lebih tinggi dari kuartal III-2021.
Belanja operasional (operating expenditure/Opex) yang lebih tinggi memberikan tekanan pada EBITDA dan laba bersih perseroan, yang turun 4% qoq dan 33% qoq menjadi US$87 juta dan US$43 juta, secara berurutan. EBITDA dan margin laba bersih masing-masing turun menjadi 33% dan 16%.
Namun, secara kumulatif sepanjang 2021, pendapatan dan EBITDA INCO masih berhasil tumbuh masing-masing sebesar 25% dan 55% year-on-year (yoy) menjadi US$953 juta dan US$335 juta, didorong oleh ASP yang naik 36% yoy menjadi US$14.309 per ton.
Pertumbuhan masih baik meskipun produksi dan penjualan masing-masing turun 9,5% dan 8,6% dari tahun sebelumnya menjadi 65.388 dan 66.615 ton. Selain itu, laba bersih melesat hingga 100% menjadi US$166 juta. Marjin laba bersih turut meningkat menjadi 35% dari hanya 28% pada tahun 2020.
- Warga Sipil Ukraina Bantu Membuat Bom Molotov Untuk Hadapi Pasukan Rusia
- Elon Musk Bantu Sediakan Satelit Internet Starlink di Ukraina
- Aset Kripto Lokal dan Peningkatan Potensi Ekonomi Digital di Indonesia
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Andreas Tarigan mengatakan bahwa pencapaian pendapatan maupun EBITDA perseroan selama tahun 2021 merefleksikan 104% dan 96% dari proyeksi dia sebelumnya. Sehingga, ia mempertahankan peringkat Beli pada saham INCO dengan target yang lebih tinggi, yakni pada harga Rp6.200 per lembar atau 15% potensi keuntungan.
“Selain hasil tahun 2021 yang relatif sejalan dengan estimasi, kami menaikkan perkiraan pendapatan tahun 2022 kami menyusul prospek harga nikel yang lebih baik, yang diperkirakan akan mengungguli proyeksi kenaikan harga bahan bakar,” ujarnya melalui riset yang dirilis Selasa, 1 Maret 2022.
Adapun beberapa hal yang akan menjadi katalis peningkatan harga bahan bakar antara lain adanya potensi gangguan pasokan sebagai akibat dari kemungkinan sanksi perdagangan global yang dikenakan pada Rusia, yang berkontribusi sekitar 11% dari pasokan nikel dunia.
Kemudian, pelonggaran kebijakan moneter China, yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan untuk logam industri turut menjadi sentimen.
“Selain neraca yang kuat, ditandai dengan uang tunai US$508 juta yang dimiliki INCO, kami mendukung perusahaan karena beberapa upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas produksinya,” urai Andreas.