Pembangunan rumah murah bersubsidi di kawasan Parung,Bogor Jawa Barat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Properti

Harga Rumah di Solo dan Denpasar Naik Paling Tinggi se-Indonesia, Kok Bisa?

  • Harga rumah di Denpasar naik 20% dan Solo naik 8,3% secara tahunan pada November 2023.
Properti
Laila Ramdhini

Laila Ramdhini

Author

JAKARTA - Harga rumah di Indonesia mengalami tren peningkatan tahunan sebesar 2,2% pada November 2023 dibandingkan dengan November 2022.

Menjelang akhir tahun 2024, harga rumah di Denpasar mengalami kenaikan harga tahunan tertinggi di Indonesia sebesar 20,1%, diikuti Solo (8,3%), dan Makassar (4,9%).

Di Jabodetabek, harga rumah di Bekasi naik paling tinggi sebesar 3,9% yang telah bertahan selama empat periode. Kemudian, disusul harga rumah Tangerang yang naik 3,1%, Bogor (2,6%), Depok (1,8%), dan Jakarta (1,6%).

Sementara, di Jawa, Surakarta mencatatkan kenaikan harga tahunan tertinggi, melesat sebesar 8,3% dengan mengungguli dua kota lainnya, Surabaya (2,2%) dan Semarang (0,8%).

Senior Vice President Marketing 99 Group Indonesia Bharat Buxani mengatakan kenaikan harga rumah yang tinggi di Denpasar dan Surakarta disebabkan berbagai hal. Faktor utamanya adalah dua kota ini memiliki pariwisata yang indah dan kearifan budaya lokal.

"Selain itu keduanya didukung perkembangan infrastruktur, sehingga mengalami peningkatan signifikan dalam tren harga properti menjelang akhir tahun," kata Bharat dalam keterangan resmi, Rabu, 20 Desember 2023.

Bharat melanjutkan, harga properti di Solo dan Denpasar juga terbilang masih terjangkau dibandingkan dengan daerah lainnya. Dia menyebut kedua kota ini juga menawarkan keseimbangan antara kehidupan perkotaan sederhana, gaya hidup santai, kekayaan budaya tradisional dan keindahan alam.

Aturan Kepemilikan Properti untuk WNA di Bali

Di sisi lain, Denpasar telah konsisten mencatatkan pertumbuhan harga properti sejak awal tahun 2023. Hal ini juga dipengaruhi pertumbuhan popularitas Bali yang terus meningkat sejak akhir tahun 2022 seiring beragamnya kebijakan dan insentif yang ditetapkan pemerintah.

"Kebijakan terkait kepemilikan properti dan izin tinggal untuk Warga Negara Asing (WNA) semakin meningkatkan daya tarik wilayah-wilayah di Bali sebagai tempat tinggal atau berinvestasi properti," kata dia.

Dalam setahun terakhir, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan insentif yang menggalakkan minat WNA dalam mencari dan memiliki properti.

Beberapa di antaranya mencakup Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1241/SK-HK.02/IX/2022 Tahun 2022 tentang Perolehan dan Harga Rumah Tempat Tinggal/Hunian Untuk Orang Asing pada September 2022, serta Second Home Visa pada akhir Desember 2022.

Minat Orang Jakarta Tingal di Solo Tinggi

Sementara, di Surakarta, 99 Group Indonesia mencatat kenaikan harga hunian di  tercermin pada pertumbuhan median harga di dua rentang ukuran rumah. Pertama, di rentang luas di bawah 60 meter persegi sebesar 16,3% dengan median harga Rp465 juta. Kemudian, rentang 61-90 meter persegi, yang mencapai 18 persen dengan median harga Rp590 juta.

Pertumbuhan median harga untuk rumah yang berukuran lebih besar, di rentang luas 91-150 meter persegi, tercatat paling tinggi di Bandung dengan pertumbuhan harga sebesar 6,1%.

Sementara bangunan dengan luas 151-250 meter persegi, pertumbuhan median harga tertinggi tercatat di Denpasar, sebesar 11,5%. Sedangkan untuk luas bangunan lebih dari 251 meter persegi, paling tinggi tercatat di Jakarta Pusat, 8,8%.

Bharat menjelaskan temuan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan median harga menunjukkan potensi yang berbeda dari masing-masing kota.

Surakarta atau Solo cenderung menjadi pasar potensial bagi pencari hunian dari kalangan kelas menengah, menengah-bawah dengan ukuran bangunan yang relatif kecil.

Sementara Bandung, Denpasar dan Jakarta Pusat memiliki potensi bagi kelas menengah, menengah atas dengan pertumbuhan harga signifikan pada luas bangunan yang lebih besar

Dari segi pembeli potensial, hunian di Surakarta diminati oleh kalangan pembeli dari dua wilayah terdekat, seperti Yogyakarta (21,1%) dan Semarang (15,8%).

Diikuti calon pembeli potensial dari kota Surakarta itu sendiri (14,1%) dan Jakarta (10,4%).

Masuknya Jakarta dalam empat besar pembeli potensial hunian di Surakarta menunjukkan adanya minat yang signifikan dari individu-individu di kota megapolitan dalam mencari alternatif pilihan. 

Hal ini mengingat Surakarta memiliki biaya hidup yang lebih terjangkau, menawarkan potensi kualitas gaya hidup yang lebih tenang serta jauh dari hiruk-pikuk kota besar.

"Terlebih Surakarta menempati peringkat pertama Kota Paling Nyaman Dihuni atau Most Liveable City di Indonesia versi Ikatan Ahli Perencana (IAP) pada 2022 lalu,” kata dia.