Harga Saham Mayapada (MAYA) Terus Tergerus Seiring dengan Kinerja Keuangan yang Menurun
- Secara year-to-date (ytd) atau sejak awal tahun 2023, harga saham MAYA terpantau telah merosot hingga 10,38%. Secara tahunan, saham MAYA pun memerah hingga 18,96%. Pada hitungan tiga tahun terakhir, harga saham MAYA sudah tergerus hingga 87,18%.
Bursa Saham
JAKARTA - Harga saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) terus tergerus seiring dengan kinerja keuangan yang kian menurun selama beberapa tahun terakhir.
Menurut informasi performa harga pada platform RTI Business yang diakses pada 11 Juli 2023 setelah penutupan perdagangan bursa, yang mana MAYA berada di posisi Rp466 perlembar, harga saham perseroan telah terpantau menyusut 1,72% dalam seminggu terakhir dan 3,72% dalam sebulan ke belakang.
Kemudian, harga saham MAYA telah melemah 4,12% dalam tiga bulan ke belakang, dan 13,7% dalam enam bulan terakhir.
Secara year-to-date (ytd) atau sejak awal tahun 2023, harga saham MAYA terpantau telah merosot hingga 10,38%. Secara tahunan, saham MAYA pun memerah hingga 18,96%. Pada hitungan tiga tahun terakhir, harga saham MAYA sudah tergerus hingga 87,18%.
- Australia Sepakat Ekspor 60 Ribu Lithium ke Indonesia
- Ant Group Milik Jack Ma Kembali Didenda Rp15 Triliun
- Sumber Kekayaan Hartono Bersaudara, Dua Orang Terkaya Indonesia 2023
Penyusutan harga saham MAYA terus terjadi setelah perseroan mencatat laba bersih yang terus ambles.
Pada tahun 2020 yang bertepatan dengan awal pandemi di dalam negeri, pendapatan Mayapada merosot hingga 40,4% yoy. Namun, pendapatan perseroan kembali tumbuh 19,08% pada 2021 dan meningkat lagi 22,01% pada tahun 2022.
Pada laporan keuangan tahun 2022, Bank Mayapada mencatatkan laba bersih sebesar Rp25,99 miliar, turun dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp44,12 miliar. Pada tahun 2020, laba bersih Bank Mayapada jauh lebih besar lagi, mencapai senilai Rp64,16 miliar. Artinya dalam tiga tahun laba bersih bank ini sudah turun sekitar 60%.
Sementara itu, sejumlah indikator fundamental Bank Mayapada selama periode tiga tahun ini mengalami pertumbuhan luar biasa. Misalnya, dana pihak ketiga (DPK) yang mana pada tahun 2020 baru sebesar Rp72,35 triliun, pada tahun berikutnya melonjak menjadi Rp98,72 triliun, dan berada di angka Rp103,81 triliun per 31 Desember 2022.
Dari data tersebut tercatat bahwa selama periode 2020-2022, simpanan nasabah di Bank Mayapada bertambah sebesar Rp31,45 triliun. Mayoritas simpanan pada tahun 2022 itu sekitar Rp100,81 triliun adalah deposito berjangka.
Sejalan dengan peningkatan simpanan, pada tahun 2022 kredit yang disalurkan Bank Mayapada melonjak hingga Rp94,52 triliun, naik daripada tahun 2021 sebesar Rp70,91 triliun. Yang menarik, selama fase pandemi COVID-19 kredit yang disalurkan oleh Bank Mayapada justru mengalir deras.
Ini bisa dilihat dari perbandingan kredit tahun 2020 yaitu sebesar Rp56,29 triliun, dengan kredit tahun 2022 senilai Rp94,52 triliun. Berarti selama masa pandemi tiga tahun itu, di mana ekonomi nasional sedang mengalami tekanan hebat, Bank Mayapada justru menggelontorkan tambahan kreditnya sebesar Rp38,23 triliun.
- Canggih! WhatsApp Akan Mudahkan Pengguna Kirim Video HD
- 7 Kebiasaan yang Dimiliki Oleh Orang Sukses, Tertarik Melakukannya?
- 3 Langkah Toyota Motor Manufacturing Indonesia Terapkan ESG dalam Aspek Lingkungan
Laporan keuangan Bank Mayapada juga mengungkap sebuah fakta menarik lainnya. Sepanjang tahun 2022, arus kas dari aktivitas operasi bank ini masih mengalami negatif Rp953,81 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang juga minus Rp2,82 triliun.
Secara bisnis, kinerja Bank Mayapada banyak tertekan oleh beban bunga dan biaya operasional lainnya. Pada tahun 2022, dengan pendapatan bunga senilai Rp7,71 triliun, bank harus membayar bunga sebesar Rp5,89 triliun. Adapun beban operasional lainnya mencapai Rp1,89 triliun. Tingginya beban operasional lainnya ini tidak sebanding dengan pendapatan operasional lainnya yang hanya Rp80,69 miliar.
Inilah yang kemudian membuat bank dengan aset produktif mencapai Rp118,30 triliun tersebut menutup tahun 2022 dengan laba “hanya” Rp25,99 miliar atau 0,00019% dari total aset.