Harga Sawit Diprediksi Tetap Tinggi Hingga Kuartal I-2022, Ini 3 Faktor Penyebabnya
- Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang sudah menyentuh level tertinggi sepanjang masa diprediksi akan tetap tinggi hingga kuartal I-2022. Menurut Mirae Asset Sekuritas Indonesia, ada tiga faktor yang mengerek harga ini.
Pasar Modal
JAKARTA – Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang sudah menyentuh level tertinggi sepanjang masa diprediksi akan tetap tinggi hingga kuartal I-2022. Menurut Mirae Asset Sekuritas Indonesia, ada tiga faktor yang mengerek harga ini.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan, faktor pertama adalah produksi CPO bulanan di Malaysia yang akan mencapai puncaknya pada September-Oktober ini.
“Produksi bulanan CPO Malaysia itu cyclical, biasanya puncak di September atau Oktober dan setelah itu trennya turun. Trennya itu begitu setiap tahun,” ujar Hariyanto dalam webinar Indonesia Investment Education, dikutip Senin, 11 Oktober 2021.
- Gandeng Infokom, KPIG Kembangkan Infrastuktur dan Ekosistem Teknologi Tinggi di MNC Lido City
- MKBD Rendah, Universal Broker Indonesia Sekuritas Disuspensi dan Kena Denda Rp500 Juta
- Rambah Telemedicine, Telkomsel Luncurkan Robocall untuk Permudah Akses Rumah Sakit
Hariyanto memperkirakan produksi CPO Malaysia akan berangsur turun mulai bulan depan hingga mempengaruhi inventaris CPO. Fakta ini yang membuatnya yakin harga CPO tetap akan tinggi hingga kuartal I-2022.
Kedua, Hariyanto memprediksi adanya potensi peningkatan permintaan dari dua negara konsumen CPO terbesar di dunia, yaitu China dan India. Saat ini, jumlah inventoris CPO di kedua negara tersebut sedang berada dalam level yang rendah.
“Rendahnya inventaris CPO di kedua negara ini akan memacu impor dan selanjutnya bakal mendukung harga jual CPO,” jelasnya.
Dalam catatan terakhir, Hariyanto menunjukkan inventori minyak sawit di China hanya sekitar 418.000 ton. Sementara itu, India juga hanya memiliki inventori edible oil sebesar 1,75 juta ton dalam catatan terakhir. Menurutnya, jumlah di kedua negara ini sedang rendah jika dibandingkan dengan catatan sebelumnya.
Ketiga, faktor terakhir ini berasal dari dalam negeri sendiri, yaitu adanya potensi peningkatan konsumsi CPO di Indonesia. Menurut Hariyanto, peningkatan konsumsi ini berkaitan dengan adanya program pencampuran bahan bakar minyak dengan CPO untuk membuat biodiesel.
Dalam penutupan perdagangan pekan lalu, harga CPO tercatat menyentuh level tertingginya sepanjang masa, yaitu di level 4.966 Ringgit Malaysia per ton. Secara mingguan, harga ini meningkat 10,2% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu di angka 4.505 Ringgit Malaysia per ton.
Harga CPO ini tercatat meroket 37,9% sejak awal tahun (year-to-date/ytd) dengan peningkatan selama sebulan terakhir sebesar 8,1%. Jika dilihat secara tahunan, harga CPO bahkan meningkat sekitar 75% point-to-point. Pada periode yang sama tahun lalu, harga CPO berada di level 2.834 Ringgit Malaysia per ton.