Sinopsis dan Jadwal Tayang Ms. Marvel, Karakter Superhero Perempuan Marvel
Nasional

Hari Pahlawan Nasional: Deretan Satria Keuangan Indonesia dan Jasa-Jasanya

  • Nama-nama seperti Raden Bei Aria Wiryaatmaja, Rachmat Saleh, Loekman Hakim, Sjafruddin Prawiranegara, Radius Prawiro, Moh Hatta, Frans Seda, Sri Mulyani telah menginspirasi banyak generasi setelahnya.
Nasional
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - Bertepatan dengan momen Hari Pahlawan Nasional yang jatuh pada hari ini, Kamis, 10 November 2022, tepat rasanya mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan keuangan bagi Indonesia. Nama-nama seperti Raden Bei Aria Wiryaatmaja, Rachmat Saleh, Loekman Hakim, Sjafruddin Prawiranegara, Radius Prawiro, Moh Hatta, Frans Seda, Sri Mulyani telah menginspirasi banyak generasi setelahnya. 

Mereka telah berjuang dalam mewujudkan kedaulatan keuangan di tanah air. Di era modern, peran tersebut turut diteruskan oleh sosok seperti agen laku pandai dan petugas bank keliling di daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) yang seolah menjadi perpanjangan tangan dalam mewujudkan keuangan inklusif. Seperti apa jasa para pahlawan bangsa di bidang keuangan ini? Simak daftar berikut:

1. Raden Bei Aria Wiryaatmaja

Raden Bei Aria Wiriatmadja merupakan seorang tokoh ekonomi Indonesia yang lahir di Banyumas, Jawa Tengah. Beliaulah yang mendirikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Sejak tahun 1879 hingga 1905, Raden Bei Aria Wiriatmadja dipercaya sebagai Patih Purwokerto. Raden Bei Aria Wiriatmadja kemudian menggagas Bank Perkreditan Rakyat sebagai solusi untuk mengatasi masalah peminjaman dana dari rentenir yang menerapkan bunga tinggi.

2. Rachmat Saleh

Rachmat Saleh merupakan Gubernur Bank Indonesia yang menjabat pada tahun 1973 hingga 1983. Selain itu, beliau juga pernah menjadi Menteri Perdagangan Indonesia pada tahun 1983 hingga 1988. Beliau memiliki peran penting di balik berdirinya Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), kawah candradimuka bankir Indonesia. Ia juga membangun sebuah sistem di Bank Sentral, dengan mengikis habis nepotisme dengan cara menciptakan sistem dan bertindak adil, menghindari berkonflik di tempat kerja, friksi antara sesama karyawan dan klik-klikan.

Saat menjabat Menteri Perdagangan, dialah yang mengakhiri tradisi arisan jabatan dan menggantinya dengan lelang jabatan untuk mengisi jabatan atase perdagangan dan kepala Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC). Rekam jejaknya juga termasuk menerobos pasar dunia, tindakan dan kebijakan yang ditempuh untuk memacu daya saing bangsa, tentang perannya dalam krisis di PT Pertamina (tahun 1975).

3. Loekman Hakim

Loekman Hakim merupakan seorang negarawan yang pernah menjadi Menteri Keuangan Republik Indonesia pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Sementara itu, beliau juga pernah menjabat pada beberapa posisi yang terkait dengan bidang keuangan. Beberapa contohnya adalah Inspektur Keuangan pada 1942-1945, Komisaris Keuangan untuk Sumatera, serta Direktur Javasche Bank. Bahkan, Loekman Hakim juga pernah menjadi Direktur Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund, IMF)

4. Sjafruddin Prawiranegara

Syafruddin Prawiranegara adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang menjadi Presiden De Javasche Bank (DJB) di masa-masa akhir tahun (1951-1953). Ia pula yang sekaligus menduduki jabatan Gubernur Bank Indonesia (BI) pertama tahun (1953 -1958), sebagai hasil dari nasionalisasi DJB. Sebelumnya, posisi orang nomor satu di De Javasche Bank tahun (1828 - 1951), selalu dijabat oleh orang berkebangsaan Belanda.

Salah satu yang menonjol di masa kepemimpinan Syafruddin Prawiranegara adalah keteguhannya dalam menjalankan fungsi utama bank sentral sebagai penjaga stabilitas nilai rupiah serta pengelolaan moneter. Syafruddin juga orang yang pertama kali menyampaikan usulan agar pemerintah RI segera menerbitkan mata uang sendiri sebagai atribut kemerdekaan Indonesia untuk mengganti beberapa mata uang asing yang masih beredar

5. Radius Prawiro

Beliau pernah menjabat sebagai anggota Tim Ahli Ekonomi Presiden, Ketua Dewan Gubernur Bank Dunia (IBRD), serta Gubernur Bank Indonesia pertama pada masa Orde Baru. Pada masa Kabinet Pembangunan IV, Radius menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan.

Beberapa kebijakan penting yang dilahirkan beliau termasuk rehabilitasi dan stabilisasi moneter, reformasi perdagangan dan moneterisasi pedesaan, menggalakkan program Kredit Usaha Pedesaan serta Simpanan Pedesaan, pengembangan ko­perasi dan reorientasi keluar, perdagangan internasional dan reforma­si perpajakan serta penghapusan Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP).

6. Mohammad Hatta

Beliau mengusung konsep gotong royong sebagai solusi untuk mengatasi ketimpangan ekonomi yang tengah terjadi di Indonesia saat itu. Di mana konsep tersebut bisa menguntungkan banyak orang. Mulai dari sini lah, Bung Hatta mendirikan gerakan ekonomi kerakyatan yang dinamakan koperasi. Di mana di dalamnya terdapat pemerataan kerja dan pembagian hasil, sehingga tidak ada lagi ketimpangan ekonomi yang terjadi. Itulah mengapa, Mohammad Hatta mendapat julukan Bapak Koperasi Indonesia.

7. Frans Seda

Beliau pernah menjabat menjadi Menteri Keuangan selama tiga tahun di periode 1966-1968. Kebetulan di tahun 1965-1966, Indonesia tengah mengalami krisis moneter di mana tingkat inflasinya sangat tinggi. Nilai tukar Rupiah ke Dollar AS pun jatuh dari Rp5.100 menjadi Rp50.000. Harga barang juga naik sampai 500 persen dalam setahun karena kenaikan inflasi. Jumlah pendapatan pemerintah bahkan berada dalam 1:3 dengan pengeluaran.

Saat Frans Seda menjabat inilah, beliau berhasil menurunkan laju inflasi dari 650% menjadi 112%. Perekonomian Indonesia pun terselamatkan berkat kerja keras beliau dengan menerapkan beberapa strategi khusus saat berada dalam masa jabatannya. Salah satu strateginya yaitu menerapkan sistem anggaran penerimaan dan belanja yang seimbang, serta memberikan insentif kepada para eksportir. Selain itu, beliau berhasil membawa Indonesia kembali menjadi anggota International Monetary Fund (IMF).

8. Sri Mulyani

Menteri Keuangan RI di periode 2005-2010 dan periode sekarang ini sempat menjadi Direktur Pelaksana World Bank pada tahun 2010-2016, sebelum akhirnya kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan di tahun 2016.

Saat menjabat, beliau berhasil meningkatkan jumlah investasi asing di Indonesia dari US$4,6 miliar (2004) menjadi US$8,9 miliar (2005). Selain itu, beliau juga mampu meningkatkan angka perekonomian nasional sampai 6,6% di tahun 2007.

Agen Laku Pandai

Selain berbagai tokoh keuangan nasional di atas, ada masyarakat yang lebih membumi yang juga menjalankan peran dan perjuangan sebagai perpanjangan tangan dalam menjangkau masyarakat di pelosok agar memiliki akses ke produk dan jasa keuangan. Mereka adalah para agen laku pandai.

Santi Anggraini misalnya. Perempuan asal Barito Kuala, Banjarmasin ini sejak tahun 2021 lalu memutuskan untuk menjadi Agen BRILink. Harapannya untuk meningkatkan perekonomian keluarga bahkan lingkungan sekitar.

Selain ingin menambah pemasukan dengan menjadi agen BRILink, Santi juga menyelipkan cita-cita mulia, agar bisa membantu masyarakat di sekitarnya terbebas dari jerat rentenir.

Dalam kurun dua tahun, menjalani aktivitas sebagai agen ganda dia terus belajar menghadapi kesulitan yang ada. Seperti masalah teknis perihal proses transaksi perbankan melalui BRILink. Namun hal tersebut pada akhirnya bukan lagi menjadi masalah, karena selalu ada petugas BRI yang selalu dengan cepat merespon keluhan Santi.

“Saya rasa tidak ada kesulitan, karena petugasnya bagus-bagus. Kalau ada mesinku rusak langsung di respon, jadi tidak ada kesulitan,” ucapnya.

Santi Anggraini, agen BRI Link asal Barito Kuala, Banjarmasin sedang melayani warga

Sebelumnya masyarakat di Desa Santi masih belum mengenal agen BRILink. Kemudian, usai pihak BRI melakukan sosialisasi bersama kepala desa, mereka pun pada akhirnya mulai mengerti dan tahu bagaimana menggunakan BRILink dan UMi BRI.

Santi pun menjelaskan hubungan agen UMi dengan agen BRILink. Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sedangkan, agen BRILink merupakan perluasan layanan BRI dimana BRI menjalin kerjasama dengan nasabah BRI sebagai Agen yang dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real time online menggunakan fitur EDC miniATM BRI dengan konsep sharing fee.

Ketika pertama kali menjadi agen BRILink dan agen UMi, Santi hanya mengeluarkan modal Rp10 juta saja sebagai modal yang akan dipinjamkan kepada calon nasabah. Usai 2 tahun menjalani profesi ini, Santi merasa menjadi bagian BRI sangat menguntungkan semua pihak termasuk untuk dirinya.

Saat menjadi petani dan peternak penghasilan Santi dan suami bisa mencapai Rp70 juta dalam setahun. Setelah menjadi agen BRI, pendapatan kini justru meningkat. Dalam sebulan, penghasilan dari agen UMi dan BRILINK dia bisa mendapatkan rata-rata Rp4 juta.  Sebulannya dia mampu melayani hingga 1.500 transaksi.

Setali tiga uang, Wakiah, perempuan asal Desa Slaranglor, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal juga mulai menjadi agen BRILink sejak 2017 lalu. 

Di 3 tahun awal menjadi agen, Wakiah masih berjuang lantaran belum banyak masyarakat yang familiar dengan konsep agen BRILink beserta mesin EDC untuk kebutuhan transaksi sehari-hari. Jumlah transaksi harian pun masih minim, sekitar 10 transaksi saja yang mayoritas berupa pembayaran listrik dan BPJS.

“Awal menjadi agen, saya sempat bilang ke mantri ini saya kembalikan saja mesin EDCnya karena merasa capek dan belum melihat untung. Apalagi sering juga awal-awal salah transfer itu kan harus kita talangi dulu pakai uang sendiri, sebelum bisa dikembalikan setelah diurus. Transfer seperti BPJS Kesehatanpun awal-awal sering nyangkut,” kata dia. 

Agen BRILink di Desa Slarang Lor, Kabupaten Tegal, Wakiah sedang menanti warga yang hendak bertransaksi.

Setelah melewati 3 tahun masa-masa merintis, barulah di tahun 2020 Wakiah mulai merasakan keuntungan menjadi agen. Pemasukannya sebagai agen BRILink dan juga penyaluran kredit pinjaman Ummi, KUR, Simpedes per bulan sekitar Rp4 juta sampai Rp5 juta. 

Itu belum termasuk fee dari setiap transaksi tarik tunai, transfer ataupun pembayaran. Belum lagi reward berupa kartu emoney Brizzi bagi agen teraktif, dengan saldo Rp750.000.

Usaha sebagai agen terus berkembang dan nominal transaksi tarik tunai pun melejit. Sampai-sampai ia terkadang terpaksa meminjam ke teman sesama agen, ketika ada warga yang hendak menarik tunai senilai Rp50 juta, Rp70 juta atau bahkan sampai Rp100 juta.

“Sebenarnya saya juga masih ingin melawan praktik rentenir dengan bunga yang menjerat warga.  Saya juga bercita-cita ingin menamatkan anak kedua saya yang sedang kuliah, menabung tanah (sawah),” kata Wakiah.