Hari Raya Galungan: Pengertian, Makna, dan Prosesi
- Hari Raya Galungan adalah salah satu hari raya penting yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali, Indonesia. Ini adalah hari raya untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan) dan dianggap sebagai salah satu perayaan terpenting dalam kalender agama Hindu di Bali.
Nasional
JAKARTA - Hari Raya Galungan adalah salah satu hari raya penting yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali, Indonesia. Ini adalah hari raya untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan) dan dianggap sebagai salah satu perayaan terpenting dalam kalender agama Hindu di Bali.
Galungan dirayakan setiap 210 hari berdasarkan sistem kalender Pawukon Bali, yang merupakan sistem untuk menentukan berbagai hari perayaan dan acara keagamaan. Perayaan ini berlangsung selama 10 hari, dengan hari puncaknya adalah Hari Galungan itu sendiri. Pada hari ke-10, yang dikenal sebagai Hari Kuningan
Makna Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan merupakan simbolis untuk memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma. Secara sederhana bisa diartikan simbolis untuk memperingati kemenangan kebaikan melawan kejahatan.
Dikutip TrenAsia.com dari laman resmi Universitas Udayana, Dosen mata kuliah Agama Hindu dan Etika Agama Drs. I Made Karda, M.Si menjelaskan makna Hari Raya Galungan.
- FIFA Lakukan Pengecekan 7 Lapangan Latihan Piala Dunia U-17 di Solo
- Tesla Umbar Diskon Besar, Ford Diperkirakan Tekor Rugi Rp67,5 Triliun
- Waspada! FBI Beri Peringatan Serangan Malware AI yang Dimanfaatkan Hacker
Menurutnya pemaknaan Galungan dapat dibagi dalam tattwa (keyakinan), susila (etika) dan upakara (upacara), yaitu dari mempelajari filsafat hingga pelaksanaan rangkaian upacaranya.
Tattwa, susila, dan upakara adalah tiga kerangka dasar ajaran Hindu. Tiga hal ini merupakan satu kesatuan yang bulat dan saling mengisi. Ketiganya harus dihayati dan diamalkan guna mencapai tujuan agama Hindu yang disebut Jagadhita dan Moksa.
“Memaknai Galungan menurut saya adalah berpikir, berkata, serta berbuat yang positif dimana kita mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari sehingga saya dan keluarga dapat merasa lebih ceria, lebih bahagia, serta ringan dalam melaksanakan aktifitas-aktifitas agama,” terang I Made Karda.
“Galungan itu adalah saat dimana kita memahami agama baik teori maupun prakteknya” imbuhnya.
Adapun adharma yang dimaksud adalah gangguan-gangguan yang hadir saat kita melaksanakan ajaran Dharma, termasuk yang ada dalam diri yang disebut Sad Ripu. Jika kita dapat menang melawan Sad Ripu atau diri sendiri, lebih besar maknanya daripada kita menang dengan musuh dalam perang.
- Masuk Ajaran Baru, BI Catat Inflasi Juli 2023 Terjaga Rendah
- 10 Alasan Mengapa Orang Pamer
- Disnaker ESDM Bali Sebut LPG Langka Karena Tak Tepat Sasaran
Prosesi Galungan
Ketika merayakan Hari Raya Galungan, umat Hindu biasanya menyambut dengan membuat jajanan khas Bali seperti tape ketan, jaje uli, jaje gina, satu, iwel, dan lainnya. Jajanan ini digunakan sebagai pelengkap dalam membuat banten. Banten adalah sarana upakara yang digunakan dalam persembahyangan umat Hindu Bali.
Selain jajanan, Banten juga biasanya dilengkapi dengan sate dan lawar untuk dikonsumsi sebagai lauk saat makan. Lawar mirip dengan urap terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan bumbu khas Bali, daging dan darah mentah.
Setelah perlengkapan untuk membuat Banten tersedia, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah metanding atau rangkaian kegiatan menyusun banten menjadi satu kesatuan.
Umat Hindu Bali juga akan membuat penjor yang dipasang di depan rumah. Penjor ini adalah simbol rasa syukur atas anugrah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah semua pernak-pernik Galungan selesai disiapkan, prosesi dilanjutkan dengan persembahyangan di Pura. Selain dilakukan di Pura desa, ibadah juga dilakukan di Pura Dadia serta Sanggah (tempat persembahyangan milik pribadi) atau Merajan.