Harta Karun dari Tahun 1600-an Ditemukan di Gereja Jerman Tempat Martin Luther Berkhotbah
- Harta karun itu disembunyikan selama Perang 30 Tahun (1618 hingga 1648). Serangkaian perang yang dimulai dengan kaisar Romawi Suci yang memaksakan kontrol agama atas wilayah kekuasaannya.
Dunia
JAKARTA- Para pemugar di gereja Gotik terkenal di Jerman telah menemukan harta karun yang tersembunyi di kaki sebuah patung hampir 400 tahun yang lalu.
Harta tersebut terdiri dari empat kantong koin dari tahun 1600-an dan kemungkinan disembunyikan selama Perang 30 Tahun, ketika tentara Swedia sering menjarah wilayah tersebut.
“Penemuan ini merupakan kisah yang luar biasa," kata Ulf Dräger, kurator dan kepala departemen di State Coin Cabinet of Saxony-Anhalt di Jerman.
Para pekerja yang menemukan koin tersebut pada Mei 2022 tetapi tidak mengumumkannya hingga November 2024. Mereka menemukan koin-koin tersebut di Gereja St. Andrew, sebuah gereja Gotik di Eisleben, sebuah kota di negara bagian Saxony-Anhalt di timur-tengah.
Gereja ini adalah tempat Martin Luther menyampaikan empat khotbah terakhirnya pada tahun 1546. Luther dikenal sebagai reformis Protestan yang menulis "Sembilan Puluh Lima Tesis" yang menentang korupsi di Gereja Katolik Roma.
- 8 Evaluasi Makanan Bergizi Gratis: Sayur Basi hingga Pakai Uang Pribadi
- Fintech, Paylater, atau Kredit Bank: Siapa yang Memimpin Pasar Pembiayaan?
- PTPP Siapkan Rp200 Miliar untuk Lunasi Obligasi dan Sukuk April 2025
Sekitar 100 tahun kemudian, sekitar tahun 1640 seseorang menggunakan gereja sebagai tempat persembunyian yang aman untuk menyembunyikan simpanan mereka. Mereka meletakkan empat kantung kulit besar yang berisi 816 koin ke dalam rongga di kaki patung patung bangsawan yang berlutut. Patung itu menjadi bagian dari batu nisan untuk seorang bangsawan wanita dan bangsawan."Ini adalah keajaiban bahwa harta karun itu tidak ditemukan lebih awal," imbuh Dräger.
Butuh waktu bagi para ahli koin untuk menilai nilai harta karun itu. “Saat ini saya hanya bisa mengatakan bahwa itu adalah harta karun yang sangat besar. Jauh lebih banyak daripada yang bisa diperoleh seorang perajin dalam setahun," katanya dikutip Live Science Rabu 8 Januari 2025.
Koin emas yang paling berharga dibungkus dengan kertas dan diberi label dengan cara yang menunjukkan bahwa uang tersebut milik kas gereja. "Namun, itu bukan kantong lonceng untuk persembahan hari Minggu," kata Dräger.
"Sebaliknya, itu adalah pendapatan yang dikumpulkan dari layanan khusus yang disediakan oleh para pendeta seperti pernikahan, pembaptisan, dan pemakaman.” Drager menambahkan pendeta juga mengumpulkan uang dari "biaya kursi," yang dibayarkan oleh jemaat untuk duduk di kursi terkemuka di gereja.
Barang simpanan tersebut meliputi koin emas yang dikenal sebagai malaikat emas, dukat emas dan dukat ganda. Selain itu juga koin perak yang dikenal sebagai thaler, setengah thaler, dan seperempat thaler, dan ratusan sen.
Perang 30 Tahun
Harta karun itu disembunyikan selama Perang 30 Tahun (1618 hingga 1648). Serangkaian perang yang dimulai dengan kaisar Romawi Suci yang memaksakan kontrol agama atas wilayah kekuasaannya. Tindakan yang kemudian melibatkan konflik politik, teritorial, dan komersial di wilayah-wilayah tetangga di Eropa.
Selama konflik ini, tentara Swedia menjarah Saxony-Anhalt, termasuk Eisleben, terkadang setiap minggu. Penduduk setempat dipaksa untuk memberi makan pasukan Swedia serta membayar mereka sejumlah besar uang. "Eisleben kehilangan sekitar setengah dari populasinya antara tahun 1628 dan 1650," kata Dräger. "[Itu] merupakan gambaran kengerian perang yang terus-menerus."
Hilangnya harta karun ini kemungkinan merupakan tragedi pada saat itu. "Hal ini menjadikan penemuan ini sebagai kesaksian sejarah dan nyata yang sangat penting, tidak hanya bagi Eisleben, tetapi juga bagi sejarah negara bagian Saxony-Anhalt di jantung Eropa," kata Dräger.
Para sejarawan tahu bahwa sejak tahun 1561, Eisleben memiliki "Aerarium Pastorale". Dana paroki umum yang digunakan sebagai dana pensiun dan kesehatan, sebagai asuransi sosial bagi para pendeta, dan untuk mempromosikan pelatihan para teolog. "Mungkin sekarang kita memiliki dana ini di hadapan kita," kata Dräger. "Penelitian sejarah akan menunjukkan hal ini."