Hartono Bersaudara Cuan Rp2,88 Triliun dari Dividen Interim BCA
- Dengan kepemilikan saham BCA sebanyak 67,78 miliar lembar, Hartono bersaudara akan meraup cuan dari dividen interim sebanyak Rp2,88 triliun
Korporasi
JAKARTA – Konglomerat pemilik Grup Djarum, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono atau biasa dikenal Hartono bersaudara bakal meraup keuntungan Rp2,88 triliun dari pembagian dividen interim PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau Bank BCA.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip pada Jumat, 24 November 2023, Hartono bersaudara menjadi pemegang mayoritas saham di Bank BCA sebesar 54,94%. Rincian kepemilikan itu mencakup 67,72 miliar saham (67.729.950.000) milik PT Dwimuria Investama Andalan.
Selain menggengam lewat Dwimuria Investama, Hartono bersaudara juga mengempit saham BBCA secara langsung. Rincian kepemilikan tersebut mencakup 28,1 juta saham (28.135.000) atas nama Robert Budi Hartono dan 27 juta saham (27.025.000) atas nama Bambang Hartono, dengan masing-masing memiliki kepemilikan sebesar 0,023% dan 0,022%.
- Nicke Widyawati Masuk Daftar100 Wanita Paling Berpengaruh di Dunia Versi Majalah Fortune
- Proyek Tangguh Train 3 Serap 70 Persen Pekerja dari Papua
- Pemerintah Usulkan Penambahan Standar Biaya Bantuan Rumah Rusak Pasca Bencana
Berdasarkan kinerja keuangan per September 2023, perbankan yang menggunakan kode emiten BBCA itu telah mengumumkan akan membagikan dividen interim sebanyak-banyaknya Rp5,23 triliun kepada pemegang saham dengan rincian Rp42,5 per saham.
Asal tahu saja, pembagian dividen interim Bank BCA pada tahun ini, menunjukkan peningkatan sebesar 21,3% secara tahunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp35 per saham atau Rp4,31 triliun.
Alhasil, dengan kepemilikan saham Hartono bersaudara di Bank BCA yang mencapai 67,78 miliar saham (67.785.110.000), kedua kakak beradik itu akan meraup cuan dari dividen interim sebanyak Rp2.880.867.175.000 atau dibulatkan menjadi Rp2,88 triliun.
Jejak Duo Hartono di BCA
Sebagai informasi, Hartono bersaudara membeli saham Bank BCA senilai US$ 530 juta dari pemerintah yang disetujui Presiden Megawati Soekarnoputri melalui Grup Djarum (Farallon) pada 2002 lalu. Cerita ini bermula ketika terjadi krisis moneter (krismon) pada 1998, di mana banyak dari nasabah yang menarik uangnya dari bank tersebut.
Oleh sebab itu, ketimbang kondisi keuangan yang semakin memburuk, tepat seminggu setelah lengsernya Presiden Soeharto pada 28 Mei 1998, pemerintah mengambil alih kepemilikan Bank BCA yang pada saat itu dimiliki oleh Sudono Salim kini pionir Salim Group.
Asal tahu saja, sekitar tahun 2007, Grup Djarum menguasai Bank BCA sepenuhnya usai membeli 92,18% saham Farallon di Farindo Investment. Farindo Investment adalah perusahaan patungan Grup Djarum melalui Alaerka, dan Farallon.
Selain di sektor perbankan, Hartono Bersaudara juga memiliki beragam investasi di sektor lain, termasuk perkebunan dan properti. Keberhasilan mereka tidak hanya tercermin dalam kekayaan, tetapi juga dalam kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Jadwal Dividen Interim
Sehubungan dengan jadwal dividen, tanggal akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen atau cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi adalah pada tanggal 1 Desember 2023, sementara di pasar tunai jatuh pada tanggal 5 Desember 2023.
Selanjutnya, awal periode perdagangan saham tanpa hak dividen (ex dividen) di pasar reguler dan pasar negosiasi dimulai pada 4 Desember 2023, dan di pasar tunai dimulai pada 6 Desember 2023.
Recording date atau tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas dividen dijadwalkan pada tanggal 5 Desember 2023. Pembayaran dividen interim tunai untuk tahun buku 2023 akan dilakukan pada tanggal 20 Desember 2023.
Sebagaimana telah dilaporkan sebelumnya, Bank BCA mencatat laba bersih perusahaan dan anak perusahaan sebesar Rp36,4 triliun hingga akhir kuartal III-2023. Catatan laba ini mencatat kenaikan sebesar 25,8% jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi pendapatan utama, pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 21,3% secara tahunan, mencapai Rp 55,9 triliun, sementara pendapatan selain bunga tumbuh sebesar 9,7%, mencapai Rp 18,3 triliun.