Harum Energy (HRUM) Siapkan Belanja Modal Rp11 Triliun, Mayoritas Genjot Bisnis Nikel
- Mayoritas dana yang dianggarkan HRUM akan dialokasikan untuk meningkatkan bisnis nikel. Saat ini, perseroan telah mempunyai empat entitas anak usaha yang bergerak pada lini bisnis itu.
Korporasi
JAKARTA – Emiten penghiliran nikel PT Harum Energy Tbk (HRUM) siap menganggarkan dana investasi dan belanja modal jumbo sepanjang 2024. Nilainya mencapai US$687 juta, atau Rp11 triliun, dengan asumsi kurs Rp16.227,50 per dolar AS.
Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara, mengatakan 95% dari dana yang dianggarkan HRUM akan dialokasikan untuk meningkatkan bisnis nikel. Saat ini, perseroan telah mempunyai empat entitas anak usaha yang bergerak pada lini bisnis itu.
“Dana sebesar US$687 juta mencerminkan 100% belanja modal dari seluruh Grup Harum Energy. Bila dirinci, sebesar 95% dana tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan konstruksi bisnis nikel di PT Blue Sparking Energy,” jelas Ray dalam Public Expose Perseroan secara virtual pada Jumat, 7 Juni 2024.
- PBNU Dapat Tambang Batu Bara Bekas Kaltim Prima Coal
- Telkom (TLKM) Tambah Investasi Rp1,62 Triliun untuk Pusat Data, Cek Rekomendasi Sahamnya
- Emiten Emas Taipan Peter Sondakh Siapkan Capex Rp850 Miliar, Buat Apa Saja?
Ray bilang sisa dana akan digunakan untuk pemeliharaan bisnis batu bara. Hingga 31 Maret 2024, belanja modal yang sudah direalisasikan HRUM mencapai US$144 juta, yang terutama digunakan untuk menambah properti pertambangan dan kendaraan.
“Kami sampaikan realisasi belanja modal ini masih dapat berubah, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi pasar, ketersedian dana, serta tidak termasuk proyek dan investasi baru perseroan,” tandasnya.
Rincian Entitas Bisnis Nikel
Berkaitan soal bisnis nikel HRUM, perseroan memiliki empat entitas anak yang kesemuanya dikonsolidasikan dalam laporan keuangan, yaitu PT Position, PT Infei Metal Industry, PT Westrong Metal Industry, dan PT Blue Sparkling Energy.
Ray menjelaskan bahwa PT Position, yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, ditargetkan akan beroperasi pada semester kedua tahun ini. Perusahaan itu diproyeksikan dapat menghasilkan 500 hingga 1 juta ton bijih nikel sepanjang 2024.
Kemudian, lanjut Ray, PT Infei Metal Industry yang terletak di Maluku Utara telah beroperasi sejak April 2022, berhasil memproduksi Nickel Pig Iron dengan kapasitas produksi mencapai 28.000 ton nikel per tahun.
“(Ketiga) PT Westrong Metal Industry, yang baru memulai operasi komersialnya pada Maret 2024, telah berhasil memproduksi Nickel Matte dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 56.000 ton,” papar Ray.
Terakhir, PT Blue Sparking Energy saat ini masih dalam tahap konstruksi. Perusahaan ini diharapkan dapat memulai produksi komersialnya pada kuartal I-2026 dengan produk Mixed Hydroxide Precipitate, dan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 67.000 ton.
“Sehingga dengan pada saat selesainya konstruksi PT Blue Sparking Energy diharapkan total kapasitas produksi tahunan dari semua proyek perseroan mampu menembus level 151.000 ton per tahun,” jelasnya.
- Perusahaan Migas Gazprom Rusia Terluka akibat Perang
- Kementerian ESDM Tetapkan ICP Mei 2024 Sebesar US$79,78 per Barel
- Uang Rp13 Triliun Muhammadiyah hanya Setara 0,04% dari Total DPK BSI
Tidak Bagi Dividen
Di sisi lain, Ray menambahkan HRUM memutuskan tidak melakukan pembagian dividen tahun buku 2023 yang disebabkan adanya kebutuhan kas perseroan pada tahun ini. Keputusan tersebut telah disepakati melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini Jumat, 7 Juni 2024 di Jakarta.
“Sehubungan dengan investasi dengan proyek-proyek valuires dan dikerjakan Jadi Perseroan menganggap lebih bijak untuk mencadangkan kas perseroan untuk terealisasi dari proyek-proyek tersebut,” jelasnya.
Asal tahu saja, sepanjang 2023 perseroan membukukan pendapatan US$925,52 juta pada 2023 atau sekitar Rp14,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.881,00 per dolar AS). Pendapatan itu naik 2,33% dari pendapatan 2022 yang tercatat sebesar US$904,44 juta
Sayangnya, meskipun pendapatan mengalami kenaikan, laba perseroan harus turun sebesar 49,94% dibandingkan dengan laba pada tahun 2022 yang mencapai US$301,75 juta. Namun, aset HRUM hingga akhir 2023 meningkat menjadi US$1,63 miliar dari US$1,28 miliar pada tahun 2022.
Dari lantai bursa, pada sesi pertama perdagangan Jumat, 7 Juni 2024, saham HRUM diparkir melemah 1,68% ke level Rp1.170 per saham. Pada perdagangan tahun berjalan, nilai emiten tambang nikel dan batu bara ini terpantau tertekan sebesar 15,22%.