Hati-Hati! 3 Hal Baru Ini Buat Aset Kripto Jatuh
- Sentimen yang pertama berkaitan dengan ekspetasi kenaikan suku bunga yang diinisiasi oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), dalam upaya meredam inflasi.
Fintech
JAKARTA - Trader Tokocrypto Afid Sugiono menyampaikan, setidaknya ada tiga sentimen negatif dalam jangka waktu terdekat yang mampu menekan kinerja pasar aset kripto.
Sentimen yang pertama berkaitan dengan ekspetasi kenaikan suku bunga yang diinisiasi oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), dalam upaya meredam inflasi.
Secara historis, nilai aset kripto biasanya akan langsung berjatuhan setelah perilisan data kenaikan inflasi karena pelaku pasar selalu menghubungkan data tersebut dengan rencana moneter yang akan ditempuh The Fed.
Oleh karena itu, sentimen pertama dapat memengaruhi pasar saat The Fed mengambil keputusan soal kenaikan suku bunga mereka pada akhir Juli 2022.
Jika The Fed merespon inflasi dengan kenaikan suku bunga yang lebih agresif, maka selera investor akan memudar secara perlahan.
- Juragan99 Pemilik MS Glow Bayar Ganti Rugi Rp37,99 Miliar, Kalah Gugatan Merek Dagang
- Tidak Ada Kata Macet di Amsterdam
- Bekerja Sama dengan WIR Group, Start Up Haus! Rambah Metaverse
Sentimen yang kedua datang dari kabar soal perusahaan kripto Celcius yang tengah menyiapkan dokumen kebangkrutan.
Menurut dokumen yang diajukan ke pengadilan tata usaha New York, Amerika Serikat, Celcius tercatat memiliki aset senilai US$4,3 miliar (Rp64,5 triliun) dan kewajiban senilai US$5,5 miliar (Rp82,5 triliun).
Dengan demikian, perusahaan yang didirikan pada tahun 2017 di New Jersey, Amerika Serikat, ini pun tercatat mengalami defisit neraca dengan nilai US$1,2 miliar (Rp17,9 triliun).
Sentimen yang terakhir berasal dari kabar soal perkembangan kasus peretasan perusahaan crypto exchange di Tokyo, Mt. Gox, yang terjadi pada tahun 2014.
Perusahaan ini sudah mengumumkan bahwa mereka memiliki 142.000 Bitcoin (BTC) yang siap dijual untuk mengganti kerugian para korban.
"Walau terdengar seperti kabar positif, ganti rugi ini dapat membuat tekanan jual yang besar di pasar kripto, terutama untuk Bitcoin," ujar Afid melalui keterangan tertulis, Jumat, 15 Juli 2022.
- Yuk Intip 4 Fakta Jalan Tol Pertama di Sumatra
- Nilai Pengembangan Capai Rp56 Triliun, Bandara Kualanamu Siap jadi Hub Internasional
- Untuk Mendapat Prototipe KF-21 Indonesia Harus Lunasi Pembayaran Dulu
Anomali pada pasar kripto
Sebelumnya, sempat disebutkan bahwa kenaikan inflasi pada umumnya akan berdampak kepada tertekannya aset-aset kripto. Namun, menurut pantauan Coin Market Cap, Jumat, 15 Juli 2022, aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar (big cap), termasuk Bitcoin, tampak melaju di zona hijau.
Menanggapi hal tersebut, Afid mengatakan bahwa pergerakan harga yang terjadi pada pasar kripto ini adalah anomali.
Meski demikian, Afid juga menyampaikan, tren naik pada aset-aset kripto kemungkinan dipengaruhi oleh pelaku pasar yang memberikan tanggapan positif terhadap pernyataan sejumlah pejabat The Fed yang menyebutkan bahwa mereka kemungkinan besar tidak akan mengerek suku bunga acuan sampai 100 basis poin.
“Kemarin sejumlah pejabat The Fed menyangkal akan menaikan suku bunga acuan hingga 100 bps, tetapi condong ke 75 bps pada pertemuan mendatang. Kabar ini tampak disambut positif oleh investor sehingga nilai aset kripto masih sukses mempertahankan kinerjanya,” tutur Afid.