<p>Pewarta memgambil gambar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jum&#8217;at, 20 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Ekonomi, Fintech & UMKM

Hati-Hati! Fenomena Pom-Pom Saham di Kalangan Investor Pemula

  • JAKARTA – Pasar modal Indonesia menunjukkan geliat positif dengan terus bertambahnya investor di tengah pandemi COVID-19. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor sebanyak 3,9 juta Single Investor Identification (SID) atau melonjak 56% jika dibandingkan dengan posisi di akhir tahun 2019. Investasi di pasar modal juga banyak digemari publik saat ini khususnya kaum milenial. Data […]

Ekonomi, Fintech & UMKM
Laila Ramdhini

Laila Ramdhini

Author

JAKARTA – Pasar modal Indonesia menunjukkan geliat positif dengan terus bertambahnya investor di tengah pandemi COVID-19. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor sebanyak 3,9 juta Single Investor Identification (SID) atau melonjak 56% jika dibandingkan dengan posisi di akhir tahun 2019.

Investasi di pasar modal juga banyak digemari publik saat ini khususnya kaum milenial. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) juga menunjukkan demografi investor untuk usia di bawah 30 tahun berjumlah 54,8%. Sementara, usia 31-40 tahun berjumlah 22,6% dari total investor pasar modal di Indonesia. Artinya, dapat dikatakan lebih dari 75% investor pasar modal Indonesia berada pada usia muda atau produktif.

Grant Thornton Indonesia melihat banyaknya investor baru di pasar modal ini patut menjadi perhatian. Terlebih lagi dengan munculnya fenomena pom-pom yakni saham dipompa (pump) agar harganya melejit oleh individu atau kelompok sehingga tampak menggiurkan.

Fenomena ini juga bersamaan dengan maraknya influencer yang ikut membicarakan soal investasi saham dengan merekomendasikan saham tertentu sehingga semakin meningkatkan antusiasme publik untuk berinvestasi saham.

Advisory Director Grant Thornton Indonesia Marvin Camangeg mengatakan saham tidak jarang dianggap sebagai instrumen investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang relatif tinggi. Namun, sama seperti investasi pada umumnya, potensi keuntungan yang tinggi dari investasi saham juga tentu diikuti dengan risiko yang tinggi.

“Fakta ini yang seringkali kurang diperhatikan oleh investor pemula,” kata Marvin, dalam keterangan resmi, Minggu, 28 Februari 2021.

Di samping itu, performa beberapa perusahaan yang sempat mengalami kenaikan harga saham hingga ratusan persen juga mendorong banyaknya investor newbie menjadi merasa Fear of Missing Out (FOMO). Mereka akhirnya bertindak impulsif hanya karena takut ketinggalan momentum untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat.

Banyak akhirnya investor pemula yang salah kaprah dengan menginvestasikan uang untuk kebutuhan sehari-hari bahkan berutang dengan bunga besar, mereka yang tadinya berharap mendapat keuntungan cepat justru banyak yang berakhir dengan rugi besar.

Untuk itu, Marvin menuturkan, akan lebih baik apabila investor pemula belajar dan meningkatkan pemahaman terlebih dahulu sebelum berinvestasi saham. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti webinar dan workshop tentang pasar modal yang sering diselenggarakan oleh instansi berkaitan. Ataupun bergabung dengan komunitas pemain saham

“Jadi sebelum berinvestasi saham, perlu memahami profil resiko perseorangan, tetap rasional, dan tidak bergantung pada intuisi saja waktu pemilihan saham. Selalu mencari bantuan dari para penasihat investasi yang dapat membantu dan memberikan bimbingan dalam keputusan berinvestasi,” tutur Marvin.