Heboh Kolaborasi Produk BTS – MCDonalds, Siapa yang Lebih Diuntungkan?
JAKARTA – Dua hari lalu, gerai makanan cepat saji MC Donalds merilis produk makanan. Berkolaborasi dengan boyband asal Korea Selatan, BTS, McDonalds berhasil mendapat perhatian masyarakat lantaran produknya banyak diserbu oleh konsumen. Didominasi oleh antrean ojek online yang tengah mengantri makanan untuk para konsumennya, keberadaan produk kolaborasi McDonalds dan BTS ini menuai statement positif maupun […]
Industri
JAKARTA – Dua hari lalu, gerai makanan cepat saji MC Donalds merilis produk makanan. Berkolaborasi dengan boyband asal Korea Selatan, BTS, McDonalds berhasil mendapat perhatian masyarakat lantaran produknya banyak diserbu oleh konsumen.
Didominasi oleh antrean ojek online yang tengah mengantri makanan untuk para konsumennya, keberadaan produk kolaborasi McDonalds dan BTS ini menuai statement positif maupun negatif.
Meski begitu, terlepas dari berbagai statement, produk ini tetap mendapat satu tempat bagi masyarakat yakni viral.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Lantas, dengan adanya kolaborasi ini, siapakah yang lebih diuntungkan antara Mc Donalds dan BTS sebagai sebuah brand? Mari kita ulas.
Ahli pemasaran, Yuswohady mengatakan apa yang dilakukan oleh McDonald dan BTS sebagai sebuah strategi marketing horizontal. Yakni strategi pemasaran yang dilakukan oleh konsumen demi mendapat pierce.
Strategi model ini lebih sulit dilakukan dibanding strategi marketing vertikal yang hanya mengandalkan informasi satu arah.
Pasalnya, untuk menggerakkan strategi marketing jenis ini, konsumen diminta untuk bergerak sendiri secara sukarela.
Meski demikian, menurut Yuswohady ada poin yang memang sudah digarisbawahi oleh McDonalds dan BTS agar produk yang mereka rilis menjadi viral.
“Ada cerita di balik produk tersebut. Tapi kedua perusahaan ini pintar mengaturnya dengan cara menyiksa konsumer. Yakni membatasi ketersediaan sehingga muncul eksklusifitas dalam produk tersebut,” ujarnya saat dihubungi TrenAsia.com pada 8 Juni lalu.
Yuswohady mendambahkan pada kasus kolaborasi antara BTS dan McDonald sebagai brand, keduanya sama sama diuntungkan. Alasannya, kedua brand ini memiliki nilai yang sama sama besar dan sama kuatnya.
Punya kesan yang berbeda, kolaborasi kedua brand ini pada akhirnya saling melengkapi satu sama lain.
“Ini yang dinamakan Co-branding, dan itu hanya bisa terjadi kalau dua brand ini sama sama kuat,” ujar Yuswohady.
Seperti diketahui, McDonalds menyandang gelar sebagai sebuah brand lawas di bidang makanan cepat saji yang sudah dikenal di seluruh dunia dan bersegmen pada keluarga.
Sedangkan BTS merupakan brand baru yang lebih fresh dan menyasar pada kaum muda dan lebih dinamis dan invidual.
Alhasil, dari kolaborasi ini, Yuswohady berpendapat bahwa baik McDonalds dan BTS telah mendapat keuntungan sendiri.
“Dari McDonald, selain mungkin pengaruh ke sales, tapi terjadi juga brand–rejuvenating atau pembaruan brand. Sedangkan kalau BTS ya dia masuk ke dalam segmen family secara luas. Tidak hanya di seputaran fans-nya saja,” tambahnya.
Apakah Bertahan Lama?
Meski viral beberapa waktu, Yuswohady menyebut bahwa strategi seperti ini tidak akan bertahan lama, bersifat temporary dan tak dapat diulang lagi.
“Kalau misalnya kedua brand melakukan co-branding dengan strategi yang sama, saya rasa dampaknya tidak akan se-booming yang pertama,” katanya.
Meski demikian, ia menambahkan bahwa ada cara untuk mempertahankan marketing horizontal yang sudah dibangun oleh kedua brand. Kuncinya adalah dengan kreatifitas.
“Bisa jadi mungkin kedepannya ada ide untuk brand campaign yang lebih fresh, walaupun dengan objek yang sama,” ucapnya. (RCS)