Hilirisasi Nikel disebut Untungkan Cina Kementerian Keuangan Buka Suara
- Pemerintah menggenjot hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk mineral namun kebijakan ini masih menuai ragam pro dan kontra. Termasuk yang diungkap ekonom senior INDEF Faisal Basri yang mengatakan hilirisasi nikel hanya menguntungkan Cina.
Energi
JAKARTA - Pemerintah menggenjot hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk mineral namun kebijakan ini masih menuai ragam pro dan kontra. Termasuk yang diungkap ekonom senior INDEF Faisal Basri yang mengatakan hilirisasi nikel hanya menguntungkan Cina.
Menanggapi hari itu juru bicara Kementerian Keuangan atau kemenkeu Yustinus Prastowo memberikan bukti bahwa kebijakan tersebut justru menguntungkan Indonesia. Menurutnya hilirisasi meningkatkan pendapatan negara dari sisi smelter.
"Bang @FaisalBasri yb, berdasarkan data di Ditjen Pajak, pendapatan negara dari perusahaan smelter melonjak signifikan. Dari Rp1,65 triliun pada 2016 menjadi Rp17,96 triliun di 2022. Naik 11x lipat!," cuitnya dalam akun twitter miliknya @prastow dilansir Senin, 14 Agustus 2023.
- Pandemi Berlalu, Pengunjung Perpustakaan UGM Capai 200.000 Lebih
- Debut Tragis di Munchen, Gaji Harry Kane Naik 2 Kali Lipat
- Manfaatkan Energi Terbarukan, Pertamina Wujudkan Desa Energi Berdikari
Prastowo menambahkan jika dilihat dari industri smelter dan besi baja secara keseluruhan, juga terjadi peningkatan penerimaan, dari Rp7,9 T pada 2016 menjadi Rp37,3 triliun atau naik hampir 5 kali lipat.
Anak buah Sri Mulyani ini bahkan menyebut selain data di atas ada pula, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) SDA dan royalti saat eksploitasi. Juga Pajak Daerah dan dampak pengganda yg dinikmati Pemda dan masyarakat setempat. Hal ini dinilai Prastowo hilirisasi nikel memiliki andil besar ke kas negara bukan ke negara Cina.
Sebelumnya, Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri menilai 90% upaya hilirisasi nikel hanya menguntungkan China.
Menurut Faisal, seharusnya pemerintah menjalankan strategi industrialisasi, bukan sekadar melakukan kebijakan hilirisasi. Pasalnya hilirisasi nikel yang dilakukan di Indonesia hanya mengubah bijih nikel menjadi nickel pig iron (NPI) atau feronikel di mana 99% diekspor ke China.
Faisal menjelaskan 95% bijih nikel di Indonesia digunakan untuk perusahaan-perusahaan di Cina. Pada awalnya bijih nikel dibanderol dengan harga US$34 oleh pemerintah Indonesia. Padahal, menurut Faisal di Shanghai bijih nikel dijual dengan harga US$80.
"Sungguh hilirisasi itu kita tidak dapat banyak, maksimal 10 persen. 90 persennya lari ke China" kata Faisal Basri saat Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun INDEF 2023 pada Selasa, 8 Agustus 2023.