<p>Menteri Keuangan, Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (kiri) saat hadir pada Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 2 September 2020. Raker tersebut membahas asumsi dasar Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Hingga 15 Juni 2021, BI Guyur Likuiditas Perbankan Rp94,03 Triliun

  • Sejak awal tahun hingga 15 Juni 2021, Bank Indonesia (BI) telah menyuntikkan likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp94,03 triliun.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Sejak awal tahun hingga 15 Juni 2021, Bank Indonesia (BI) telah menyuntikkan likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp94,03 triliun.

Gubernur BI, Perry Warjiyo juga menyebut BI tetap melanjutkan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar perdana sebagai bagian dari sinergi kebijakan bersama dengan pemerintah untuk pendanaan anggaran pendapatan, dan belanja negara (APBN) 2021.

“Hingga 15 Juni 2021, pembelian SBN di pasar perdana tercatat sebesar Rp116,26 triliun yang terdiri dari Rp40,80 triliun,” kata Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis 17 Juni 2021.

Pembelian SBN dilakukan melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun lewat Greenshoe Option (GSO).

Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,71% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,71% (yoy).

“Suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang masih longgar mendorong suku bunga kredit perbankan terus menurun walaupun masih terbatas.”

Di pasar kredit, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan berlanjut, meski dengan besaran respons yang lebih terbatas, yaitu menurun sebesar 177 bps sejak April 2020 menjadi 8,87% pada April 2021. (LRD)