<p>Vaksin Covid-19 dimeja petugas nakes saat pemberian vaksinasi tahap II untuk tenaga pendidik, guru, dan dosen di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu, 24 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional & Dunia

Hingga Jumat, Belum Ada Ditemukan Kasus COVID-19 Varian B.1.17 di Jakarta

  • Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan belum menemukan kasus positif COVID-19 dari penularan mutasi varian B.1.1.7 di Jakarta.

Nasional & Dunia
Reky Arfal

Reky Arfal

Author

JAKARTA – Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan belum menemukan kasus positif COVID-19 dari penularan mutasi varian B.1.1.7 di Jakarta.

Ia menyampaikan ini dalam rangka mengklarifikasi informasi bahwa ada satu sampel kasus COVID-19 mutasi varian B.1.1.7 yang berasal dari Jakarta.

“Jadi enam kasus itu tidak ada yang berasal dari Jakarta ya,” ungkap Nadia dalam talkshow di YouTube Sekretariat Presiden, Jumat 12 Maret 2021.

Enam kasus COVID-19 mutasi varian B.1.1.7 yang terdata saat ini ada di Karawang, Jawa Barat 2 kasus, Sumatra Utara 1 kasus, Sumatra Selatan 1 kasus, Kalimantan Timur 1 kasus, dan Kalimantan Selatan 1 kasus.

Nadia menambahkan, sampel mutasi terbaru tersebut didapatkan dari pekerja migran Indonesia.

Nah, ternyata asal daripada kasus ini bukan di Jakarta,” tegas Nadia.

Enam Pasien COVID-19 B.1.1.7 Sudah Sembuh

Pada kesempatan lain, Nadya juga mengungkapkan bahwa keenam pasien COVID B.1.1.7 sudah sembuh.

Pemerintah menerbitkan SE Satgas COVID-19 nomor 7 tahun 2020 atas temuan adanya varian corona B117. SE tersebut berisikan aturan untuk pelaku perjalanan.

Pertama, semua WNI yang akan masuk ke Indonesia harus membawa pemeriksaan PCR yang negatif. Setelah itu, harus menjalani karantina selama 5 hari pada tempat-tempat yang sudah ditentukan.

Kemudian, WNI yang akan masuk ke Indonesia harus melakukan pemeriksaan ulang PCR. Jika saat pemeriksaan ulang PCR positif maka sampelnya diteruskan untuk pemeriksaan genome sequencing process.

Sebagai informasi, Nadia mengatakan meski mutasi virus ini lebih cepat menular, tetapi WHO belum mendapatkan laporan bukti bahwa mutasi virus ini lebih tinggi tingkat keganasannya.

Ia melanjutkan, mutasi terjadi pada bagian spike virus yang membuat virus lebih mudah masuk ke sel sasaran. Sehingga penularannya lebih cepat dibandingkan varian lama.

Nadya juga menyebut bahwa vaksin COVID-19 yang ada masih efektif melawan varian baru virus ini. (SKO)