Hingga Mei 2020, APBN Defisit Rp179,6 Triliun
JAKARTA – Kementerian Keuangan mencatat hingga 31 Mei 2020, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 mencapai Rp179,6 triliun atau setara dengan 1,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sementara, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati melaporkan pendapatan negara per akhir Mei 2020 mencapai Rp664,3 triliun, setara dengan 37,7 persen dari target penerimaan. Namun, tercatat […]
Industri
JAKARTA – Kementerian Keuangan mencatat hingga 31 Mei 2020, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 mencapai Rp179,6 triliun atau setara dengan 1,1 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Sementara, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati melaporkan pendapatan negara per akhir Mei 2020 mencapai Rp664,3 triliun, setara dengan 37,7 persen dari target penerimaan. Namun, tercatat turun 9 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Realisasi penerimaan dan belanja sampai akhir Mei menghasilkan defisit anggaran Rp179,6 triliun. Jumlah tersebut masih 21,1 persen dari target, tetapi melonjak 42,8 persen secara tahunan,” kata Sri Mulyani, Selasa, 16 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Adapun, rinciannya adalah penerimaan perpajakan senilai Rp526,2 triliun atau 36 persen dari target dan 7,9 persen lebih rendah secara tahunan. Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP), posisi per akhir Mei adalah Rp 136,9 triliun. Angka ini adalah 46 persen dari target dan turun 13,6 persen YoY.
Tercatat, penerimaan pajak mencapai Rp44,6 triliun atau 35,4 persen dari target dan turun 10,8 persen secara tahunan. Sedangkan, penerimaan dari bea dan cukai sebesar Rp81,7 triliun atau 39,2 persen dari target. Menariknya, penerimaan cukai masih tumbuh positif 12,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski mampu tumbuh positif, hal ini dikarenakan adanya pergerserah pembayaran. Sehingga, Sri mengatakan penerimaan bea dan cukai tidak akan bertahan positif sampai akhir tahun.
“Artinya, penerimaan perpajakan kontraksi dibandingkan tahun lalu sebesar 7,9 persen. Ini merupakan indikator ekonomi yang melambat. Kami akan terus monitor bagaimana kebijakan selama ini bisa mengurangi perlambatan,” tambah dia.
Selanjutnya, dari sisi belanja negara, hingga akhir Mei 2020 telah terealisasi Rp843,9 triliun, setara 32,3 persen dari target dan turun 1,4 persen secara tahunan.
Belanja pemerintah pusat tercatat telah terealisasi 295 dari target atau senilai Rp 537,3 triliun masih tumbuh 1,2 persen secara tahunan.
“Belanja transfer ke daerah dan dana desa tercatat Rp306,6 triliun atau 40,2 persen dari target, turun 6,7 persen secara tahunan.”