Holding BUMN Bidang Kesehatan Genjot Investasi untuk Ekspansi Bisnis
- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkap bakal menggenjot investasi bagi dua holding di bidang kesehatan.
Industri
JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkap bakal menggenjot investasi bagi dua holding di bidang kesehatan. Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menyebut investasi bakal diarahkan pada pengembangan bisnis di holding BUMN rumah sakit dan Farmasi.
Fokus pengembangan bisnis pada holding BUMN rumah sakit, kata Pahala, dalam jangka menengah adalah menambah kapasitas tempat tidur. Penambahan kapasitas itu dinilainya memberikan efek signifikan terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit yang tergabung dalam holding pimpinan PT Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
IHC yang tadinya merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) sudah memiliki 69 rumah sakit. Adapun kapasitas tempat tidurnya mencapai 6.909 unit.
“Di sektor rumah sakit akan dikembangkan kurang lebih 6.000-7.000 tempat tidur dalam lima tahun mendatang dan tentu ini merupakan salah satu inisiatif Indonesia ada ketahanan di sektor kesehatan," kata Pahala dalam sebuah forum, Jumat, 16 Juli 2021.
Sementara itu, Holding BUMN farmasi bakal digenjot untuk vaksinasi COVID-19. Dalam hal ini, perusahaan pelat merah farmasi bakal menjadi garda utama dalam pengembangan vaksin COVID-19 dalam negeri.
Untuk diketahui, Holding BUMN Farmasi memiliki induk PT Bio Farma (Persero). Sementara anggotanya terdiri dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Perlu Disuntik PMN
Head of Center of Industry, Trade and Investment Institute for Development of Economics and Finance Andry Satrio menilai Penyertaan Modal Negara (PMN) terhadap BUMN kesehatan memiliki urgensi tinggi di masa pandemi COVID-19 ini. Hal ini tidak lepas dari upaya percepatan penanganan COVID-19 di Indonesia.
Dibandingkan menyuntikkan dana untuk pengembangan bisnis dua bank Himpunan Bank Negara (Himbara), PMN terhadap BUMN kesehatan pada 2022 dinilainya lebih mendesak.
Seperti diketahui, pemerintah telah mengalokasikan PMN sebesar Rp72,44 triliun pada 2022. Adapun dua bank yang disinggung Andry adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang masing-masing menerima dana PMN sebesar Rp2 triliun dan Rp7 triliun.
“Kita lihat di tahun depan itu ada PMN untuk penegambangan bisnis untuk dua bank, harusnya prioritasnya ditinjau ulang karena tujuan utama di tahun depan itu masih penyelesaian pandemi COVID-19,” ucap Andry kepada Trenasia.com, Jumat, 16 Juli 2021. (RCS)