laut merah 2.jpg
Dunia

Houthi Terus Ganggu Jalur Laut Merah, Seberapa Rugi Mesir dan Israel?

  • Kapal-kapal yang mengambil rute Tanjung Harapan menambah waktu pelayaran sekitar 14 hari, yang berarti biaya pengangkutan barang lebih tinggi di samping biaya asuransi yang lebih tinggi karena meningkatnya risiko yang dihadapi kapa

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Ketika orang Prancis Ferdinand de Lesseps mengusulkan untuk menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah dengan membangun Terusan Suez. Idenya jelas, rute pelayaran yang lebih pendek dari Asia ke Eropa dan sumber pendapatan dari biaya transit.

Gagasan tersebut disambut baik oleh Pemimpin Mesir Ismail Pasha. Dan Terusan Suez dibuka pada tahun 1869. Sejak saat itu, Terusan Suez telah menjadi salah satu rute maritim terpenting di dunia.

Pada  19 November 2023, atau sekitar enam minggu setelah perang Israel di Gaza, Houthi Yaman mulai menyerang kapal-kapal yang melewati Laut Merah menuju Suez. Kapal-kapal itu disebut terkait dengan Israel. Kelompok bersenjata ini mengatakan tindakan mereka akan terus berlanjut sampai Israel mengakhiri perangnya di Gaza.

Ratusan kapal dipaksa pergi ke selatan oleh operator dan perusahaan asuransi mereka. Mereka  melewati Laut Merah untuk melewati Tanjung Harapan Afrika. Mengalihkan lalu lintas sebanyak ini ke rute yang lebih panjang telah berdampak negatif pada ekonomi global. Hal itu diktakan Mamdouh Salama kepada Al Jazeera Selasa 8 Oktober 2024. Salama adalah  pakar ekonomi energi dan transportasi.

“Kapal-kapal yang mengambil rute Tanjung Harapan  menambah waktu pelayaran sekitar 14 hari, yang berarti biaya pengangkutan barang lebih tinggi di samping biaya asuransi yang lebih tinggi karena meningkatnya risiko yang dihadapi kapal,” jelasnya. Menurut beberapa analisis, biaya pengiriman telah meningkat lebih dari tiga kali lipat.

Zian Zawaneh, seorang ekonom politik dan mantan penasihat Dana Moneter Internasional mengatakan tidak adanya tanggal berakhirnya operasi Houthi di Laut Merah memperburuk keadaan bagi perusahaan pelayaran. Tidak ada alternatif yang sebanding dengan Terusan Suez meskipun ada laporan bahwa berbagai solusi sedang diajukan. Beberapa laporan mengatakan kapal membongkar muatan di Uni Emirat Arab dan kargo diangkut melalui darat ke Mediterania.

Sami Abu Shehadeh, kepala Partai Majelis Nasional di Israel dan mantan anggota parlemen Israel mengonfirmasi memang ada barang yang telah tiba dari Emirat ke pasar Israel. Tetapi dampaknya terbatas. “Hal ini tidak dapat mengimbangi banyaknya kapal besar yang melewati Suez,” katanya.

Selain itu, biaya rute Uni Emirat Arab jauh lebih tinggi. "Terusan Suez tetap menjadi rute terpendek, tercepat, dan termurah antara Asia dan Eropa. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal," kata Salama.

Bagaimana Dampaknya Pada Mesir 

Mesir memandang Terusan Suez sebagai sumber pendapatan yang dapat dikembangkannya. Mereka menginvestasikan US$8 miliar untuk membuat sebagian besar jalurnya menjadi jalur ganda agar lebih banyak kapal besar dapat melewatinya dengan lebih cepat.

Untuk mengumpulkan modal guna mencapai tujuan ini, Mesir menerbitkan obligasi pemerintah pada tahun 2014 dengan tingkat bunga hampir 12 persen. Ini adalah tingkat bunga tertinggi di pasaran saat itu.

Pekerjaan dimulai pada tahun 2014 dan selesai hanya dalam satu tahun. Pemerintah ingin mendapatkan pendapatan dengan cepat dan meningkatkan moral dengan menyelesaikan megaproyek.

Ketika proyek tersebut dibuka pada bulan Agustus 2015, kepala Otoritas Terusan Suez saat itu, Mohab Mamish, berjanji untuk meningkatkan pendapatan hingga US$100 miliar per tahun. Atau sekitar Rp1.560 triliun dengan kurs saat ini Rp15.600.

Tetapi harapan tersebut tidak pernah terwujud karena perdagangan global tidak tumbuh secepat yang diharapkan. Perdagangan juga sangat terdampak selama pandemi COVID-19.

Pada tanggal 18 Juli, kepala Komando Pusat Amerika  Jenderal Michael Kurilla, mengunjungi Osama Rabie, kepala Otoritas Terusan Suez, untuk membahas situasi tersebut. Rabie mengatakan kepada Kurilla bahwa pendapatan terusan itu turun hampir 25 persen. Dari US$9,4 miliar pada tahun 2022-2023 menjadi $7,2 miliar pada tahun 2023-2024.  “Angka US$9,4 miliar itu merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai terusan itu sepanjang sejarahnya,” kata Rabie.

Mantan penasihat Dana Moneter Internasional Zian Zawaneh  menghubungkan kerugian yang diderita Mesir dengan fakta bahwa mereka menandatangani kemitraan senilai US$35 miliar dengan UEA. Ini  untuk mengembangkan kota besar serbaguna di Ras El-Hekma di pantai utara.

Bagaimana Dampaknya ke Israel 

 “Dampak serangan Houthi terhadap ekonomi Israel sangat parah,”  kata Kepala Partai Majelis Nasional dan mantan anggota parlemen Israel Sami Abu Shehadeh.

Hal ini terutama terjadi karena Israel tidak memiliki sumber daya alam dan bergantung pada impor untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Abu Shehadeh menjelaskan  karena pelabuhan Laut Merah Israel di Eilat praktis terhenti. Biaya pengiriman barang ke pelabuhan Mediterania di Haifa dan Ashdod telah meningkat pesat yang telah meningkatkan harga bagi konsumen. 

The Times of Israel melaporkan pada bulan Agustus, indeks harga konsumen Israel berada pada level tertinggi sejak Oktober 2023.

Israel telah mencoba mencari alternatif. Salah satunya transportasi udara atau pengiriman truk melalui darat melalui Yordania. “Tetapi tidak ada yang cukup untuk mengatasi masalah tersebut”, kata Abu Shehadeh.

Israel juga kehilangan peluang untuk mewujudkan mimpinya menjadi pusat regional untuk produksi,  dan ekspor gas alam cair. Ini  karena kesulitan dan mahalnya biaya untuk mendatangkan kapal tanker besar ke pelabuhannya.

Tahun 2024 ini Israel telah melihat beberapa defisit anggaran bulanan meningkat di atas 6,6 persen dari produk domestik bruto yang coba dipertahankan pemerintah. 

Abu Shehadeh menambahkan bahwa dia mengamati adanya pergeseran dalam masyarakat Israel seiring dengan pemerintah yang memperpanjang dan memperluas perangnya. “Meningkatnya tekanan terhadap rakyat telah mengakibatkan ribuan warga Israel kelas menengah beremigrasi termasuk pekerja terampil, dan ini merupakan biaya lain dari perang ini".