Frigat  Hr Ms Evertsen
Tekno

Hr Ms Evertsen, Inilah Kapal yang Menenggelamkan KRI Macan Tutul

  • Pertempuran di Laut Arafuru tersebut menyebabkan genggelamnya KRI Macan Tutul dan gugurnya Komodor Yosapat Sudarso serta krunya
Tekno
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Pada 15 Januari 1962 terjadi  pertempuran laut yang cukup dahsyat antara kapal perang  Indonesia dengan kapal perang Belanda. Pertempuran di  Laut Arafuru tersebut menyebabkan genggelamnya KRI Macan Tutul dan gugurnya Komodor Yosapat Sudarso serta krunya.  Hari itu juga diperingati sebagai Hari Dharma Samudera.

Kapal tersebut ditenggelamkan oleh Hr Ms Evertsen. Sebuah frigat Angkatan Laut Belanda. Kapal ini juga terecatat sebagai kapal terakhir yang  menembakan peluru dalam pertempuran resmi yang  melibatkan Belanda.

Kapal ini sendiri telah memiliki jejak pertempuran yang  sangat panjang. Awalnya kapal bernama HMS Scourge.  Sebuah destroyer Kelas S milik Royal Navy atau Angkatan Laut Inggris. Kapal mulai dibangun pada tahun 1941 dan selesai setahun setelahnya. 

HMS Scourge memiliki panjang 110,6 meter, lebar 10,9 meter dan bobot 1.740 ton. Menggunakan dua mesin uap, kapal mampu melaju dengan kecepatan maksimal 36 knot. Sourge dipersentai dengan empat meriam 120mm Mark XII, sepasang meriam bofors 40 mm, empat pasang meriam Oerlikon 20mm, 16 tabung torpedo 21 inci serta empat pelontar bom kedalaman dengan kapasitas 70 bom

Setelah masuk layanan, misi pertama kapal adalah bergabung dalam  konvoi Desemberr 1943 untuk mengawal bantuan bantuan sekutu unutk Uni  Soviet.  Sebuah konvoi diikuti 19 kapal dagang dan dilindungi 32  kapal perang dari Amerika, Norwegia, Kanada dan Inggris.

Setahun kemudian kapal ikut serta dalam invasi sekutu ke  Normandia yang dikenal sebagai D-Day yang digelar 5-7 juni 1944.  Kapal tersebut menjadi bagian dari gugus tugas yang bertugas melindungi konvoi sekutu menyeberangi selat inggis serta memberi tembakan perlindungan pada pasukan yang mendarat.

Setelah Perang Dunia berakhir kapal tersebut kemudian beralih kepemilikan ke Belanda dengan namanya diubah menjadi Hr Ms Evertsen. Setelah Belanda melakukan agresi militer ke Indonesia, kapal dengan nomor lambung D-802 tersebut kemudian ditempatkan di Surabaya dan melakan operasi di Laut Jawa. 

Saat Perang Korea meletus, kapal bergabung dengan  sekutu dengan misi memblokade jalur pasokan musuh di Laut Kuning. Kapal juga memberli tembakan perlindungan saat pendaratan pasukan PBB.

Setelah perang tersebut kapal kembali ke Belanda dan pada Oktober 1957 diubah menjadi fregat. Sebetulnya saat itu Belanda sedang dalam program untuk menghapus kapal-kapal perang tuanya. Namun tiga destroyer yakni Evertsen, Piet Hein dan Kortenaer tetap dipertahankan tetapi diubah menjadi fregat. Kapal ini dianggap sangat diperlukan untuk misi Belanda memperkuat militernya di Irian Barat. Sejak itu Evertsen mendapat nomor lambung F-803.

Dikirim Lagi ke Indonesia

Pada tahun 1960 bersama dua kapal lain yakni fregat Kortenaer dan destroyer Utercht diberangkatkan ke Indonesia dengan melintasi Terusan Panama. Ketiga kapal inilah yang  terlibat dalam pertempuran di Laut Arafuru,

Sejumlah sumber menyebut dalam pertempuran tersebut Evertsen menjadi kapal yang membuka pertempuran dengan menembakkan amunisi ke tiga kapal Angkatan Laut Republik Indonesia atau ALRI (sekarang TNI AL). Dalam Buku biogrfafi Sudomo mengatasi Gelombang Kehidupan  yang ditulis Julius Pour disebutkan pada pukul 22.07 Evertsen membuka tembakan kepada Macan Tutul. Kemudian pada pukul 22.10 sebuah tembakan Evertsen menghantam buritan Macan Tutul. Pukul 22.30 sebuah tembakan kembali mengenai bagian tengah. Terakhir pada pukul 22.35 tembakan menghatam anjungan yang mengakhiri perlawan KRI Macan Tutul.

 Setelah KRI Macan Tutul tengelam, tiga kapal Belanda sebenarnya berniat mengejar dua kapal Indonesia lain yakni KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang. Tetapi ketiganya diperintahkan untuk mundur.

Melawan Indonesia menjadi misi tempur terakhir Evertsen. Pada Juli 1964 kapal kemudian dipensiun dan dijual sebagai besi tua.

Namun nama Evertsen tetap dibadikan oleh Angkatan Laut Belanda dengan digunakan di beberapa kapal selanjutnya. Salah satu fregat Kelas Van Speijk juga diberi nama HNLMS Evertsen F-815. Kapal  yang masuk layanan pada tahun 1967 ini bahkan kemudian dijual ke Indonesia pada 1989 dan kemudian diubah namanya menjadi KRI Halim Perdana Kusuma-355.

Nama Evertsen juga digunakan pada Fregat Kelas de Zeven Provincein. Salah satu fregat paling canggih di dunia. Dengan nomor lambung F-805,  HNLM Eversen mulai bertugas tahun 2005 dan masih digunakan hingga saat ini.