Harum Energy (HRUM)
Bursa Saham

HRUM Minta Restu Buyback Saham Rp1 Triliun, Bagaimana Prospeknya?

  • Pada perdagangan Senin, 12 Agustus 2024, saham HRUM langsung disambut positif oleh pasar, yang mana sahamnya melesat 13,79% ke level Rp1.320 per saham.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengumumkan rencana untuk mengalokasikan sekitar Rp1 triliun dalam program buyback saham. Keputusan ini akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan berlangsung pada 17 September 2024.

Jika aksi korporasi disetujui, emiten batu bara yang kini tengah bertransformasi menjadi emiten penghiliran nikel ini berencana melaksanakan buyback pada periode 18 September 2024 hingga 17 September 2025.

Manajemen HRUM mengungkapkan bahwa dengan alokasi anggaran sebesar Rp1 triliun, perusahaan akan melakukan pembelian kembali (buyback) sekitar 849 juta lembar saham. Langkah ini diambil untuk meningkatkan nilai investasi pemegang saham dengan mengembalikan sebagian dari arus kas bersih perusahaan melalui program buyback.

Menurut manajemen, terdapat dua tujuan utama dari aksi buyback ini. Pertama, memberikan fleksibilitas dalam mencapai struktur permodalan yang lebih efisien, dan kedua, menurunkan keseluruhan biaya modal perusahaan. Selain itu, aksi ini diharapkan dapat meningkatkan laba per saham (EPS) dan return on equity (ROE) secara berkelanjutan.

Manajemen HRUM menyebutkan bahwa proforma laba perseroan per saham setelah buyback, dengan biaya Rp1 triliun atau sekitar US$61,8 juta, diperkirakan akan mengalami peningkatan dari US$0,002806 per akhir Juni 2024 menjadi US$0,002922, mencerminkan kenaikan sebesar US$0,000186. 

Kinerja Semester I-2024

HRUM meyakini bahwa buyback tidak akan berdampak negatif yang signifikan terhadap kegiatan usaha. Perusahaan mengklaim memiliki modal kerja dan kas yang memadai untuk mendanai aksi korporasi tersebut serta kegiatan usaha lainnya. 

Diharapkan, buyback ini juga akan mendukung likuiditas perdagangan saham perseroan agar lebih mencerminkan kondisi fundamental perusahaan.  Berdasarkan laporan keuangannya pada semester I-2024, HRUM sukses mengerek pendapatan yang lumayan banyak, namun, ini tidak diikuti penguatan laba bersih perseroan. 

Berdasarkan laporan keuangannya, HRUM sukses mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 21,21% year on year (yoy) menjadi US$596,68 juta, dibandingkan dengan US$492,24 juta pada semester I- 2023. 

Kenaikan pendapatan HRUM tersebut didorong oleh kedua segmen utama, yaitu pendapatan dari kontrak dengan pelanggan naik 20,4% yoy, sementara pendapatan sewa melonjak 112,31% yoy. 

Meskipun terjadi peningkatan pendapatan, laba bersih HRUM justru merosot signifikan sebesar 75% yoy, turun dari US$150,6 juta pada semester I-2023 menjadi US$37,36 juta pada semester I-2024.  Penurunan ini terutama disebabkan oleh lonjakan beban pokok pendapatan dan beban langsung yang meningkat hingga 87% yoy menjadi US$447,95 juta. 

Arah Saham

Dari lantai bursa, pada perdagangan Senin, 12 Agustus 2024, saham HRUM langsung disambut positif oleh pasar, yang mana sahamnya melesat 13,79% ke level Rp1.320 per saham. Namun, saham milik konglomerat Kiki Barki ini masih tertekan 4,35% sejak awal tahun. 

Analis Samuel Sekuritas, Farras Farhan, menyoroti transformasi HRUM ke bisnis nikel, yang terlihat dari lonjakan volume penjualan nikel sebesar 63,1% kuartal-ke-kuartal, mencapai 13.874 ton pada kuartal II-2024. 

Pertumbuhan ini didorong oleh kontribusi PT Westrong Metal Industry (WMI) sebesar 8.365 ton, dengan pendapatan dari nikel mencapai US$285,1 juta. “Kenaikan harga nikel di London Metal Exchange (LME) mencerminkan harga jual rata-rata yang lebih tinggi, yakni US$ 13.537/ton,” jelasnya dalam riset baru-baru ini. 

Namun, kata Farras, laba HRUM pada semester I-2024 berada di bawah ekspektasi karena penurunan harga batu bara menjadi US$94,5/ton dan penyesuaian nilai wajar WMI sebesar US$30,8 juta. 

Meski kontribusi nikel meningkat, margin HRUM tetap lebih rendah dibandingkan unit bisnis batu bara. Ancaman terhadap laba muncul dari penurunan harga batu bara Newcastle dan nikel LME, serta kelebihan pasokan yang dipicu oleh perlambatan ekonomi global, terutama di China.

Namun, penandatanganan MoU strategis dengan Eternal Tsingshan Group dan dimulainya operasi tambang nikel laterit HRUM pada kuartal III-2024 diharapkan dapat memperkuat bisnis nikel perusahaan. Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp1.600 per saham.