HSBC Summit 2023, Menko Airlangga Singgung Perlambatan Ekonomi Global
- International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi global untuk 2023 menjadi 2,9% dari yang sebelumnya sebesar 3,0%.
Perbankan
JAKARTA - Indonesia berhasil mempertahankan tren pertumbuhan ekonomi yang positif dengan mencatat angka di atas 5% selama tujuh kuartal terakhir secara berurutan. Bahkan, tingkat inflasi pada bulan September 2023 juga mencapai angka rendah, yaitu 2,28% (year-on-year).
Pencapaian itu adalah kinerja solid ekonomi Indonesia di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan International Monetary Fund (IMF) untuk 2023 menjadi 2,9% dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,0%.
Hal tersebut diutarakan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan opening speech mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rangkaian acara HSBC Summit 2023 di Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023.
- Dirut PLN Darmawan Beberkan Potensi Hidrogen Hijau Terhadap Transisi Energi
- Gantikan Luhut, Erick Thohir Jadi Menko Marves Ad Interim
- Tingkatkan Keunggulan Operasional, SIG Manfaatkan Cloud Amazon Web Services
“Kita prediksi Indonesia pertumbuhan ekonomi yang bisa di-maintained di 5-5,5% maka kita punya pertumbuhan income per kapita tahun 2024 bisa mencapai US$5,500, hari ini US$4,700, kemudian kita akan mencapai US$10,000,” ungkap Airlanggo dikutip dari keterangan resminya.
Terlebih, kata Airlangga, pencapaian Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia ditargetkan mencapai US$9.8 triliun pada 2045. Hal itu demi menyongsong visi Indonesia Emas yang dicanangkan Presiden Jokowi.
Dengan begitu, Indonesia akan menjadi salah satu dari 5 negara dengan PDB teratas di dunia. Selain itu, PDB per kapita diharapkan akan mencapai USD30,300 yang sekaligus menandakan komitmen untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi setiap warga negara.
Digitalisasi dan Hilirisasi
Menurut Airlangga upaya menuju visi Indonesia Emas 2045 dalam menjadikan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan. Diperlukan pendekatan transformatif dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7% serta didukung stabilitas makroekonomi dan keuangan.
Selain itu, Indonesia juga membutuhkan transformasi ekonomi yang komprehensif termasuk peningkatan sumber daya manusia dan produktivitas hingga perbaikan tata kelola institusi. Diperlukan juga optimalisasi potensi momentum bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 untuk menghasilkan output ekonomi yang lebih tinggi.
Terkait hal ini, kata Airlangga, pemerintah terus mendorong supaya pelaku usaha dapat beradaptasi dan berinovasi agar tetap relevan dalam menghadapi era digital dan Revolusi Industri 4.0 saat ini.
Airlangga menjelaskan bahwa transformasi ekonomi juga harus mencakup hilirisasi, yang menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah dalam ekspor. Menurutnya, selain memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia juga telah menjadinegara produsen nikel nomor satu dunia dengan mencatatkan ekspor komoditas nikel mencapai US$33.81 miliar pada tahun 2022.
Lantas, guna meningkatkan daya saing di panggung global, Indonesia juga terlibat aktif dalam berbagai forum internasional termasuk dengan mendorong competitiveness di ASEAN. Kata Airlangga, saat ini Indonesia tengah proses untuk bergabung dengan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) guna mempercepat transformasi menjadi negara maju.
“Saya berharap bahwa HSBC bisa terus memfasilitasi para pengusaha termasuk Small and Medium Enterprises karena itu menjadi yang terpenting untuk employment. Kedua, membawa lebih banyak lagi investor ke Indonesia karena investor atau investasi adalah meng-create jobs, dan jobs itu adalah salah satu yang paling penting yang diperlukan agar ekonomi dapat tumbuh dan secara politik akan stabil,” tutur Menko Airlangga.
Turut hadir dalam acara tersebut diantaranya yakni Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan Arief Wibisono, Sekretaris Menteri PPN Taufik Hanafi, CEO PT Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt, serta sejumlah perwakilan dari BKPM, World Bank, KADIN, dan PLN