
Hubungan Amerika dengan Sekutunya Berantakan Akibat Perang Tarif
- Uni Eropa (UE) melalui Komisi Eropa telah mengutuk keras kebijakan tarif 25% yang diterapkan AS terhadap Meksiko dan Kanada. UE menilai kebijakan ini mengancam rantai pasok global, investasi, dan stabilitas ekonomi.
Nasional
JAKARTA - Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump telah memicu ketegangan dengan sejumlah negara sekutu, termasuk Uni Eropa, Kanada, Meksiko, dan negara-negara mitra dagang lainnya.
Kebijakan ini tidak hanya mengancam stabilitas ekonomi global tetapi juga merenggangkan hubungan diplomatik yang telah lama terjalin antara Amerika Serikat dengan sekutunya.
“Kebijakan tarif mengancam rantai pasokan yang terintegrasi secara mendalam, arus investasi, dan stabilitas ekonomi di seluruh Atlantik,” ujar juru bicara Komisi Eropa, Olof Gill dilansir laman Euractiv, Kamis, 6 Maret 2025.
Uni Eropa (UE) melalui Komisi Eropa telah mengutuk keras kebijakan tarif 25% yang diterapkan AS terhadap Meksiko dan Kanada. UE menilai kebijakan ini mengancam rantai pasok global, investasi, dan stabilitas ekonomi.
“Uni Eropa menentang keras langkah-langkah proteksionis yang merusak perdagangan yang terbuka dan adil,” tambah Olof.
Komisi Eropa menyerukan AS untuk mencari solusi berbasis aturan dan kerja sama, alih-alih menggunakan tarif sebagai alat tekanan. Meskipun demikian, UE memilih untuk tidak mengomentari tarif tambahan 10% yang diterapkan AS terhadap Cina.
“Kami mengimbau AS untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya dan berupaya mencapai solusi kooperatif dan berbasis aturan yang menguntungkan semua pihak.” ujar Olof.
Kebijakan tarif 25% terhadap Meksiko dan Kanada sempat ditunda selama sebulan setelah kedua negara tersebut berjanji untuk mengetatkan kebijakan migrasi dan perdagangan narkoba.
Sementara itu, tarif terhadap Cina telah mencapai total 20% setelah kenaikan bertahap. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya AS untuk menyeimbangkan perdagangan dan melindungi industri dalam negeri.
Uni Eropa sebenarnya ingin bekerja sama dengan AS untuk menghadapi kebijakan industri Cina yang dianggap menyebabkan "overcapacity" global. Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menyerukan kerja sama dalam menghadapi tantangan ekonomi bersama. Namun, kebijakan tarif AS justru memicu ketegangan dengan sekutu-sekutunya, termasuk UE.
- Riset Buktikan Produk Tembakau Alternatif Kurangi Risiko Sistem Pernapasan
- Kopdes Merah Putih dan Ambisi Ekonomi Kerakyatan Prabowo
- Pasokan Gas Bumi Makin Tipis, DEN: Impor Opsi untuk Ketahanan Energi
Kebijakan tarif AS tidak luput dari respons balasan dari negara-negara yang terkena dampak. Kanada telah menerapkan tarif 25% pada barang-barang AS senilai US$20 miliar dan mengancam akan menambah tarif pada barang senilai US$90 miliar.
Cina, di sisi lain, memberlakukan tarif 15% pada kapas AS dan 10-15% pada produk pertanian, serta mengontrol ekspor barang "dual-use." Sementara itu, Meksiko diperkirakan akan segera mengumumkan tarif balasan.
Dampak kebijakan tarif ini juga terasa di pasar keuangan. Dolar Kanada dan peso Meksiko mengalami penurunan kurang dari 1% terhadap dolar AS. Namun, banyak analis yang masih meragukan apakah tarif ini akan bertahan dalam jangka panjang, mengingat potensi kerugian ekonomi yang besar bagi semua pihak.
"Masih ada keraguan pasar mengenai apakah semua tarif ini akan berlaku dalam jangka waktu yang lama, namun, kita jelas memasuki wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya." tulis analis bank asal Jerman, Deutsche Bank dalam kesempatan berbeda.
Kebijakan Tarif Trump terhadap Negara-Negara Mitra Dagang
Meksiko dan Kanada
Trump mengumumkan tarif 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada, terkait isu migrasi dan perdagangan fentanil. Tarif ini sempat ditunda hingga 1 Maret 2025 untuk memberikan waktu bagi negosiasi lebih lanjut. Kanada dan Meksiko merupakan mitra dagang penting AS, dengan ekspor utama seperti minyak mentah, suku cadang mobil, dan produk industri.
China
Trump juga menerapkan tarif 10% terhadap impor dari Cina, yang kemudian dibalas dengan rencana tarif dari Cina. Perang dagang antara AS dan Cina sebelumnya telah merugikan ekonomi kedua negara, dan kebijakan terbaru ini berpotensi memperburuk situasi.
Uni Eropa
Trump menganggap Uni Eropa memiliki surplus perdagangan yang merugikan AS dan mengancam akan menerapkan tarif 25% untuk produk-produk UE, terutama di sektor otomotif. AS juga meminta UE untuk membeli lebih banyak minyak dan gas dari AS.
- Riset Buktikan Produk Tembakau Alternatif Kurangi Risiko Sistem Pernapasan
- Kopdes Merah Putih dan Ambisi Ekonomi Kerakyatan Prabowo
- Pasokan Gas Bumi Makin Tipis, DEN: Impor Opsi untuk Ketahanan Energi
Rusia
AS mengancam akan menerapkan tarif, pajak, dan sanksi jika Rusia tidak mencapai kesepakatan damai terkait perang di Ukraina.
Kolombia dan India
Kolombia diancam dengan tarif 25% setelah menolak menerima deportasi migran dari AS. Sementara itu, India dituding sebagai pelanggar perdagangan, dan AS menggunakan tarif sebagai alat untuk menyeimbangkan perdagangan antara kedua negara.
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS telah memicu ketegangan dengan sejumlah negara sekutu dan mitra dagang. Retaliasi dari negara-negara yang terkena dampak, seperti Kanada, Cina, dan Meksiko, menunjukkan kebijakan ini tidak hanya merugikan ekonomi global tetapi juga merenggangkan hubungan diplomatik yang telah lama terjalin.
Di tengah upaya Uni Eropa untuk bekerja sama dengan AS dalam menghadapi tantangan ekonomi bersama, kebijakan tarif ini justru menciptakan jarak antara AS dan sekutu-sekutunya. Dampak jangka panjang dari perang tarif ini masih belum jelas, tetapi yang pasti, ketegangan ini akan terus mempengaruhi stabilitas ekonomi dan politik global.