Kasus Pemerkosaan Picu Gelombang Protes yang Terjadi Hampir di Seluruh India. (dw)
Dunia

Hukum, Sosial, dan Kasta dalam Kasus Pemerkosaan di India

  • Baru-baru ini, otoritas India telah menangkap empat orang yang diduga terlibat dalam serangan terhadap seorang turis Spanyol dan melakukan pemukulan ke pasangannya. Mengenai hal itu, apa di balik masalah pemerkosaan di India?

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Otoritas India telah menangkap empat orang yang diduga terlibat dalam serangan terhadap seorang turis wanita asal Spanyol dan melakukan pemukulan ke pasangan korban.

“Semua anggota kelompok tersebut telah diidentifikasi dan tersangka lainnya akan ditangkap segera,” kata kepala polisi Jharkhand Ajay Kumar Singh, dilansir dari Al Jazeera, Rabu 6 Maret 2024.

Wanita yang menjadi korban perkosaan identitasnya tidak diungkapkan oleh pihak berwenang, adalah seorang blogger perjalanan yang memiliki lebih dari 200.000 pengikut di Instagram. Ia sedang melakukan perjalanan bersama pasangannya di negara bagian Jharkhand di India timur ketika serangan tersebut terjadi pada Jumat malam.

Pasangan tersebut menghentikan sepeda motor mereka dan mendirikan tenda untuk bermalam di distrik Dumka di negara bagian tersebut sebelum diserang oleh sekelompok tujuh pria.

“Mereka telah memukuli dan merampok kami, meski tidak banyak barang (yang diambil) karena yang mereka inginkan hanyalah memperkosa saya,” kata perempuan berusia 28 tahun itu dalam postingan Instagram.

Pasangannya mengungkapkan dia telah dipukuli beberapa kali di kepala dengan helm dan mengalami luka parah di mulutnya. Mereka diselamatkan oleh sebuah mobil patroli pada Jumat malam setelah serangan tersebut dan dibawa ke rumah sakit setempat.

Pasangan ini sedang melakukan tur ke Asia Selatan dan telah menyelesaikan perjalanan mereka ke Sri Lanka sebelum memulai perjalanan di India.

Kekerasan seksual yang menimpa perempuan sering terjadi di India, terutama perempuan dari komunitas suku minoritas yang merupakan kelompok yang paling rentan. Tabu untuk membicarakan kejahatan semacam itu dan rendahnya tingkat hukuman terhadap pelaku hanya memperburuk masalah.

Celah Hukum dan Kondisi Sosial

“Pemerkosaan adalah pelanggaran yang tidak dapat dikenakan hukum pidana India,” kata Anuja Trehan Kapur, seorang psikolog kriminal di New Delhi, kepada DW. Kapur telah membantu pejabat pemerintah dalam kasus-kasus kriminal terkenal, termasuk pemerkosaan geng 2012.

“Tetapi, orang-orang mendapatkan jaminan karena kurangnya bukti (dalam banyak kasus). Terdakwa sering kali dilindungi oleh polisi, atau politisi, atau bahkan pengacara,” tambahnya.

Beberapa peneliti mengatakan, masalah pemerkosaan di India tidak hanya masalah hukum, tapi juga aspek sosial.

“Kami memiliki masyarakat yang masih sangat patriarki di India, lebih mementingkan laki-laki. Perempuan biasanya dianggap warga negara kelas dua,” terang Dr. Shruti Kapoor, aktivis feminis dan pendiri organisasi Sayfty Trust.

“Anak-anak menginternalisasi nilai ini pada usia yang sangat muda. Keinginan dan pendapat seorang gadis tidak dianggap sama pentingnya dengan anak laki-laki. Anak perempuan belajar untuk tunduk dari awal,” tambahnya.

Para ahli menunjukkan, kekerasan terhadap anak gadi dan perempuan sering kali terjadi di sekitar mereka. Menurut data dari Biro Catatan Kejahatan Nasional tahun 2017, 93% dari semua kasus perkosaan di India dilakukan oleh orang yang dikenal oleh korban. Pelaku dapat berasal dari lingkaran keluarga, teman, tetangga, majikan, dan bahkan teman online.

Budaya Kekerasan

Equal Community Foundation yang berbasis di Pune melibatkan remaja laki-laki dari rumah tangga berpenghasilan rendah dalam isu gender. “Sebagian besar anak lelaki ini percaya bahwa anak perempuan dengan pakaian barat tidak bermoral, dan bahwa mereka dapat dilecehkan karena mereka memintanya,” kata Pravin Katke dan Rahul Kusurkar dari organisasi.

Organisasi ini memberikan platform kepada remaja laki-laki ini untuk berdialog dengan gadis-gadis dari komunitas mereka sendiri. Mereka berharap dengan berinteraksi langsung dengan anak perempuan dan mendengarkan pandangan mereka, anak laki-laki dapat menjadi lebih sensitif terhadap gender.

Katke dan Kusurkar prihatin terhadap kasus pemerkosaan yang terjadi secara berulang, bukan hanya di India tetapi juga di seluruh dunia.

“Kami percaya bahwa laki-laki dan anak laki-laki tidak secara alami melakukan kekerasan, norma-norma patriarki membuat mereka tidak sensitif. Karena itu, manusia dapat menjadi bagian dari masalah, tetapi juga dapat menjadi bagian dari solusi,” kata mereka.

Kasus pemerkosaan berulang memicu kemarahan di kalangan masyarakat India, dengan tuntutan untuk hukuman mati bagi para pelaku. Bahkan, beberapa individu menyerukan penerapan hukuman gantung secara terbuka oleh pihak berwenang. Para ahli menyatakan, hal ini juga mencerminkan peningkatan tren kekerasan di negara tersebut.

Pada 6 Desember 2019, polisi menembak keempat tersangka dalam kasus pemerkosaan di Hyderabad di luar pengadilan. Banyak warga India memuji polisi sebagai tindakan keadilan. Video yang beredar di media sosial menunjukkan perempuan di kota Hyderabad berbagi permen dan merayakan kematian para tersangka.

Para analis menganggap, tingkat hukuman yang rendah dan kelemahan dalam sistem peradilan negara memberikan ruang bagi praktik main hakim sendiri. Meskipun pemerintah telah meningkatkan hukuman penjara bagi pelaku pemerkosaan menjadi 20 tahun, aktivis masyarakat sipil terus menyerukan implementasi undang-undang yang lebih cepat.

“Orang-orang sering mengatakan bahwa hukum yang keras dapat membawa perubahan. Tapi apa itu hukum yang keras? Hukum harus efektif, dan lembaga investigasi dan penuntutan lebih mahir dan efisien,” ucap Seema Misra, seorang pengacara.

Kasta

Kasta keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan warga India, seperti pekerjaan, status keagamaan, dan kelas sosial.

Susunan kasta adalah Brahmana yang disandang para rohaniawan, Ksatria untuk orang pemerintahan, Waisya untuk para petani dan nelayan serta Sudra disandang oleh golongan pelayan.

Golongan kasta paling bawah ini kerap dipandang sebelah mata, sebab dianggap mengotori kesucian orang lain dan terlahir untuk dieksploitasi.

Di samping itu, menurut penelitian Gerakan Nasional HAM Dalit, sekitar 67% perempuan Dalit mengalami kekerasan seksual.

Tingkat kejahatan yang tinggi terhadap warga kasta Dalit menyebabkan mereka terdiam dan tidak mampu melawan sistem kasta. Sistem kasta sering kali digunakan sebagai alasan bagi pelaku kekerasan seksual untuk terhindar dari hukuman.

Menurut laporan khusus PBB oleh Rashida Manjoo, kekerasan seksual di India juga dipengaruhi oleh budaya patriarki yang masih dominan di semua tingkatan lembaga penegak hukum, termasuk polisi, jaksa, dan pengadilan.

Budaya patriarki ini juga menyebabkan perempuan di India semakin terpinggirkan dan kesulitan mendapatkan keadilan. Kasus pemerkosaan warga kasta Dalit mempermalukan pemerintah India karena dianggap gagal melindungi warganya sendiri.

Fakta bahwa sistem kasta telah menjadi masalah struktural menunjukkan pemerintah India harus melakukan perbaikan pada implementasi sistem kasta, mulai dari kepolisian hingga sistem peradilan. Kebisuan terhadap tindakan pemerkosaan yang dipengaruhi oleh sistem kasta di India harus diakhiri.