Berbagai macam produk motor dan mobil listrik terbaru adu keunggulan dalam Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 yang berlangsung di JIExpo Kemayoran 17-21 Mei 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Energi

IBC : Proyek Baterai EV Selesai 2026

  • Direktur Utama Indonesia Battery Corporation Toto Nugroho terus menggenjot Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho melaporkan perkembangan terbaru pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.

Hal ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan domestik dan terlibat dalam rantai pasok global. Toto menegaskan saat ini pengembangan baterai kendaran listrik oleh IBC akan selesai pada 2026.

"Proyek baterai berbasis nikel ini akan selesai pada 2026," katanya Toto dalam acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023.

Dalam proyek yang ada, IBC bekerja sama dengan dua perusahaan global, yakni Contemporary Ampere Technology Co. Limited (CATL) dan LG Energy Solutions (LGES).

Di mana IBC terlibat dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dari mulai pertambangan, pengolahan di smelter, produksi sel baterai, hingga proses daur ulang baterai tersebut.

Maka, IBC akan memastikan bahwa pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia melalui praktik bisnis yang berkelanjutan dan tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan, baik di sektor hulu terkait penambangan nikel hingga sektor hilir terkait proses daur ulang baterai.

Sedangkan untuk pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara bakal beroperasi pada tahun 2024. Adapun pabrik tersebut rencananya berlokasi di wilayah Karawang, Jawa Barat

Pabrik baterai ini merupakan hasil kerja sama dengan konsorsium asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group.

Cadangan Nikel

Sebelumnya, cadangan nikel nasional disebut-sebut hanya tersisa kurang dari 15 tahun lagi, padahal salah satu logam ini tengah didorong sebagai bahan baku baterai listrik. Namun Nickel Industries menampik hal tersebut.

Sustainability Manager Nickel Industries, Muchtazar mengatakan, hal ini masih harus dilihat lebih jauh apakah yang dimaksud merupakan bijih nikel dengan kadar tinggi  (saprolite) atau bijih nikel dengan kadar rendah (limonite).

Muchtazar menjelaskan, bijih nikel dengan kadar tinggi  (saprolite) biasanya lebih mudah dijual karena smelter untuk mengolah nikel tersebut sudah tersedia. Sedangkan nikel kadar rendah atau limonite masih jarang terserap.

Berkaca dari hal ini menurut Muchtazar, bijih nikel jenis saprolite bisa saja memiliki cadangan yang menipis bahkan di bawah 10 tahun. Sedangkan untuk bijih nikel kelas limonite masih berumur panjang sampai 20 tahun kedepan.