<p>Ilustrasi hacker. / Pixabay</p>
Tekno

Identity Stack, Solusi yang Bisa Cegah 99,9 Persen Penipuan Identitas Berbasis Deepfake dan AI

  • Di tengah peningkatan ancaman digital seperti deepfake, penipuan berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), pengambilalihan akun (account takeovers), dan serangan social engineering yang mengalami peningkatan hingga 1.550% dalam beberapa tahun terakhir, VIDA Identity Stack dihadirkan sebagai jawaban untuk melindungi proses bisnis dengan efektif, hingga mampu mencegah 99,9% penipuan identitas digital.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – VIDA, perusahaan yang bergerak dalam penyediaan solusi untuk mencegah penipuan identitas digital, dengan bangga mengumumkan peluncuran VIDA Identity Stack, solusi yang dirancang untuk mengatasi ancaman penipuan berbasis deepfake dan kecerdasan buatan yang semakin meningkat, khususnya dalam transaksi digital di Indonesia. 

Di tengah peningkatan ancaman digital seperti deepfake, penipuan berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), pengambilalihan akun (account takeovers), dan serangan social engineering yang mengalami peningkatan hingga 1.550% dalam beberapa tahun terakhir, VIDA Identity Stack dihadirkan sebagai jawaban untuk melindungi proses bisnis dengan efektif, hingga mampu mencegah 99,9% penipuan identitas digital.

Peluncuran VIDA Identity Stack ini diumumkan dalam acara VIDA Executive Summit 2024, sebuah forum industri digital yang menghadirkan para ahli dan pemimpin pemikiran terkemuka, termasuk Mikko Hyppönen, seorang ahli keamanan siber global. 

Acara ini menyoroti risiko penipuan identitas digital yang mengancam bisnis di Indonesia, seperti deepfake, pengambilalihan akun, dan rekayasa sosial, serta memperkenalkan solusi yang dibutuhkan untuk memastikan keamanan bisnis.

Bersamaan dengan peluncuran tersebut, VIDA juga memperkenalkan laporan riset white paper bertajuk “Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Business from AI-Generated Digital Fraud.” 

Laporan ini mengungkap bahwa 97% bisnis di Indonesia menjadi target serangan social engineering dalam setahun terakhir, dengan phising dan smishing sebagai metode yang paling sering digunakan. 

Selain itu, 46% dari bisnis tersebut tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai teknologi AI yang dibutuhkan untuk mencegah serangan-serangan ini, menunjukkan kebutuhan mendesak akan solusi berbasis AI yang lebih komprehensif.

Niki Luhur, Pendiri dan CEO VIDA Group, menyampaikan, risiko yang dihadirkan oleh deepfake dan penipuan lainnya berbasis teknologi AI sangat nyata, dan banyak bisnis mengalami kerugian besar akibat serangan ini. 

“VIDA Identity Stack yang mampu menurunkan penipuan identitas hingga 99,9% ini didesain untuk menjaga bisnis tetap aman dan memastikan pengalaman pengguna yang lancar,” ujar Niki melalui pengumuman tertulis yang diterima TrenAsia, dikutip Rabu, 4 September 2024.

Baca Juga: Menilik Potensi AI Guyur Ekonomi RI Rp5.816 Triliun pada 2030

Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, juga menyoroti tingginya jumlah serangan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. 

"Data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan adanya ratusan juta serangan siber terhadap Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2023 saja, tercatat 209 juta serangan siber, meningkat 24% dibandingkan tahun sebelumnya. Kami juga mencatat sebanyak 572.000 pengaduan terkait penipuan online dari tahun 2017 hingga 2024. Jenis penipuan yang paling dominan adalah penipuan jual beli online dan investasi fiktif online,” katanya.

Nezar juga menekankan pentingnya solusi yang dapat memberikan jaminan identitas dan integritas dari Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) seperti VIDA. 

Nezar mengatakan, penggunaan tanda tangan elektronik adalah solusi untuk menjamin identitas dan integritas dokumen elektronik yang ditransaksikan dalam sistem elektronik. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sah. 

“Oleh karena itu, muncul tanda tangan elektronik tersertifikasi yang memanfaatkan teknologi infrastruktur kunci publik melalui proses enkripsi, autentikasi, dan verifikasi identitas yang telah terbukti keamanannya,” tuturnya.

VIDA Identity Stack secara langsung menargetkan dua masalah utama dalam dunia digital: kerugian finansial dan menurunnya kepercayaan terhadap sistem digital. 

Laporan white paper tersebut juga menemukan bahwa 84% bisnis mengalami penipuan identitas atau penipuan digital dalam setahun terakhir, dan 100% dari bisnis yang disurvei menyatakan kekhawatiran mereka terhadap risiko yang diakibatkan oleh teknologi deepfake

Selain itu, 90% bisnis mengidentifikasi phising sebagai ancaman terbesar mereka, sementara 56% bisnis kesulitan mendeteksi dan mencegah serangan tersebut. Kehadiran solusi dari VIDA diharapkan mampu mengatasi tantangan tersebut dan melindungi bisnis dari ancaman digital yang terus berkembang.

Solusi-Solusi dalam VIDA Identity Stack:

Identity Verification (Verifikasi Identitas)

  • Document Liveness: Mengonfirmasi keaslian dokumen yang diunggah selama proses onboarding online.
  • Face Liveness: Mencegah penipuan dengan mendeteksi gambar dan video palsu.
  • Income Verification: Memastikan pemeriksaan data pendapatan yang akurat menggunakan teknologi AI.

User Authentication (Otentikasi Pengguna)

  • PhoneToken: Menghubungkan akun seperti akun perbankan dengan ponsel selular Anda, sehingga transaksi tidak dapat diselesaikan pada perangkat lain. Solusi ini mengamankan otentikasi dengan memastikan bahwa perangkat yang digunakan benar-benar milik pengguna.
  • FaceToken: Menggantikan SMS dengan rekognisi wajah untuk peningkatan keamanan dan kemudahan penggunaan.

Fraud Detection (Deteksi Penipuan Digital)

  • Fraud Scanner: Menggunakan teknologi AI dan machine learning tingkat lanjut untuk mendeteksi aktivitas penipuan.
  • Deepfake Detector: Mengidentifikasi dan mencegah konten deepfake.
  • Deepfake Shield: Melindungi perangkat dari serangan deepfake dengan menyediakan pertahanan secara real-time.