IESR Dorong 3 Sektor dalam Penguatan Kolaborasi RI-China
- Fabby mengatakan dengan keunggulan penguasaan teknologi dan kapasitas energi terbarukan terbesar di dunia, China dapat menjadi mitra strategis Indonesia dalam mempererat kerja sama di tiga sektor.
Energi
JAKARTA - Dalam kunjungan kenegaraan ke China, Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyaksikan langsung penandatanganan sejumlah kesepakatan kerja sama di Indonesia-China Business Forum (ICBF) 2024.
Presiden menyampaikan optimisme yang tinggi bahwa kerjasama ini akan mendorong percepatan investasi di Indonesia, khususnya di sektor energi. Kerja sama ini tidak hanya akan mendorong investasi di kedua negara, tetapi juga akan berkontribusi pada stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di kawasan regional.
"Dan kami sangat optimis. Kami sangat mendorong prospek ini, dan kami percaya bahwa kolaborasi erat antara Indonesia dan China akan menjadi faktor untuk menstabilkan dan meningkatkan suasana kerja sama regional," ujar Prabowo saat membuka ICBF 2024 yang diselenggarakan Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) di Wang Fu Ballroom, Hotel The Peninsula, Beijing, China dilansir Selasa, 12 November 2024.
- Waskita Karya (WSKT) Suntik Modal Anak Usaha Rp2,72 Triliun
- 7 Sosok Taipan Indonesia yang Ikut Prabowo ke China
- Catat, Menkop Jamin Produksi Susu dari Koperasi Terserap Pabrik
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara sejumlah perusahaan Indonesia dan korporasi China dengan nilai investasi mencapai US$10 miliar atau Rp156,19 triliun (kurs Rp15.619).
Beberapa kesepakatan yang ditandatangani mencakup pengembangan proyek-proyek EBT seperti pembangkit listrik tenaga air terintegrasi dan pengembangan infrastruktur pendukung energi bersih lainnya. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi energi bersih di Indonesia dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan, ICBF 2024 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menarik investasi asing langsung dalam pengembangan sektor energi yang berkelanjutan.
Kerja sama dengan China akan mempercepat upaya kita dalam menargetkan sedikitnya 60% menggunakan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dari total pembangkit untuk 10 tahun ke depan.
Sebagai informasi, beberapa nota kesepahaman tentang energi yang ditandatangani pada ICBF 2024, yaitu Nota Kesepahaman antara Nota Kesepahaman Antara PT PLN (Persero) Dengan SDIC Power Holdings Co., Ltd. Tentang Kerja Sama Pengembangan Penciptaan dan PT PLN (Persero) dengan PT Huawei Tech Investment tentang Kerja Sama Studi Percepatan Transformasi Digital Pada Industri Ketenagalistrikan untuk Mendukung Transisi Energi di Indonesia.
Kolaborasi Dinilai Bisa Dukung Transisi Rendah Karbon
Menyikapi adanya hal tersebut Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyatakan kunjungan Presiden Prabowo hendaknya dimanfaatkan Indonesia untuk memperkuat kolaborasi dengan China untuk mendukung transisi energi rendah karbon, investasi hijau, alih teknologi dan pengembangan industri teknologi energi bersih di Indonesia.
Fabby mengatakan dengan keunggulan penguasaan teknologi dan kapasitas energi terbarukan terbesar di dunia, China dapat menjadi mitra strategis Indonesia dalam mempererat kerja sama di tiga sektor.
Hal itu yakni investasi infrastruktur energi terbarukan dan penyimpanan energi, manufaktur dan rantai pasok teknologi energi bersih, serta dekarbonisasi industri, termasuk pengolahan mineral rendah karbon.
“Tiongkok telah menunjukkan kemajuan pesat dalam mengembangkan energi terbarukan, baik tenaga surya, angin, maupun penyimpanan energi. Indonesia dapat membangun kerja sama yang memungkinkan terjadinya transfer teknologi yang mendukung inovasi dan efisiensi di sektor energi terbarukan, serta investasi pada proyek-proyek energi bersih di Indonesia,” kata Fabby.
Agar jumlah investasi energi terbarukan meningkat, IESR mendorong pemerintah Prabowo menciptakan iklim investasi yang mendukung masuknya investasi energi terbarukan.
Salah satunya dengan menetapkan target nasional yang tegas, disusul dengan perbaikan kerangka kebijakan dan regulasi, memperbaiki proses perizinan dan tarif listrik agar investasi tersebut lebih bankable.
Tidak hanya itu, Indonesia dapat pula mencari dukungan pendanaan lunak dari Tiongkok untuk mendukung implementasi rencana Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).