IFG Bakal Contek Cara Raksasa Dapen Kanada CDPQ Masuk Ke Proyek Infrastruktur
- CDPQ saat ini memiliki aset under management (AUM) US$813,5 miliar setara Rp12,67 kuadriliun (asumsi kurs Rp15.584 per dolar AS) dan telah menjadi investor di berbagai proyek infrastruktur dunia. Terbaru, CDPQ dikabarkan tertarik masuk ke proyek transisi energi di Jerman.
Pasar Modal
JAKARTA - Direktur Bisnis IFG, Pantro Pander Silitonga mengakui pihaknya bercita-cita menjadi seperti perusahaan dana pensiun raksasa asal Kanada, Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ) yang saat ini menjadi pemain besar di proyek infrastruktur dunia.
CDPQ saat ini memiliki aset under management (AUM) US$813,5 miliar setara Rp12,67 kuadriliun (asumsi kurs Rp15.584 per dolar AS) dan telah menjadi investor di berbagai proyek infrastruktur dunia. Terbaru, CDPQ dikabarkan tertarik masuk ke proyek transisi energi di Jerman.
Menurut Pantro, perusahaan dana pensiun di lingkungan BUMN mayoritas masih sangat terbatas skala ekonominya sehingga sulit masu ke proyek infrastruktur. Data IFG, dari sekitar 65 dapen BUMN dengan total dana kelolaan Rp158 triliun.
- Anak Usaha Sarana Menara Nusantara (TOWR) Dapat Pinjaman Rp500 Miliar dari MUFG Bank
- Rincian Program Percepatan Inklusi Keuangan TPAKD OJK Sepanjang Tahun 2022
- Ingin Punya Banyak Teman di Tahun 2023 ? Praktikan 5 Tips Ini
Dari jumlah tersebut, hanya dikuasai oleh 7 dapen BUMN dengan dana kelolaan mencapai Rp128 triliun atau sudah mencakup 81%. Artinya masih banyak sekali dapen BUMN yang ukurannya kecil-kecil.
“Harapan ke depan, saat mereka mencapai skala ekonomi yang lebih besar, mereka bahkan bisa masuk ke proyek infrastruktur. Kita ingin model bisnis seperti CDPQ nya Kanada ya. Tpi memang itu jangka panjang karena sekarang individual dapen skalanya masih kecil dan belum mampu ke sana," kata Pantro melalui siaran TV, dikutip Rabu, 4 Desember 2022.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pilot project bersama dapen 8 BUMN, lewat anak usahanya Bahana TCW Investment. Lewat pengelolaan investasi dapen secara konsolidasi, diharapkan setidaknya tiga manfaat.
Pertama penerapanan asset and liabilities management (ALM) yang lebih prudent dimana profil investasi sesuai dengan profil kewajiban. Kedua profesional investasi yang lebih tersandarisasi dimana saat ini hanya dapen BUMN sektor keuangan saja yang memiliki keahlian. Terakhir, efisiensi karena biaya operasional atau opex yang lebih rendah.
Bahana TCW Investment sendiri saaat ini mengelola AUM Rp50 triliun dengan keahliannya di pendapatan tetap. Hal ini sesuai khususnya bagi DPPK manfaat pasti yang mengharuskan kecukupan likuiditas untuk memastikan semua kewajiban terpenuhi sesuai profil kewajiban masing-masing.
“Kami dapat arahan dari Kementerian BUMN adalah berinvestasi dengan prinsip liabilities driven investment (LDI). Dan Bahana sendiri tidak bisa serta merta bisa menginvestasikan di luar prinsip investasi yang sudah dirumuskan. Sementara kontrak pengelolaan dana atau KPD yang digunakan Bahana juga sudah tidak asing lagi karena Bahana juga mengelola dapen dan asuransi dengan KPD," tambah Pantro.