Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 9 Mei 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

IHSG Anjlok 4,42 persen Pasca Lebaran, Analis: Ada Faktor Sell in May and Go Away!

  • Indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot sebanyak 4,42%  pada perdagangan pasar modal sesi ke II  Senin, 9 Mei 2022.

Pasar Modal

Merina

Merina

Author

JAKARTA- Indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot sebanyak 4,42%  pada perdagangan pasar modal sesi ke II  Senin, 9 Mei 2022.

Menurut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengungkapkan, anjloknya IHSG kebanyakan disebabkan oleh sentimen eksternal.

"Selain dari aksi profit taking, sebenarnya pelemahan IHSG juga disebabkan oleh faktor eksterna," kata Nafan kepada TrenAsia.com, Senin, 9 Mei 2022.

Adapun katalis negatif yang mempengaruhi merosotnya IHSG hari ini adalah adagium sell in May and go away, yang mana para pelaku pasar cenderung melakukan aksi penjualan saham untuk menghindari resiko kerugian dari aksi profit taking.

Kemudian baru dimulai kembalinya aktivitas perdagangan setelah mengalami libur panjang lebaran yang diiringi dengan naiknya suku bunga acuan Bank Sentral AS sebesar 50bps sebagai kenaikan paling tinggi sejak tahun 2000 juga turut menjadi pendorong melemahnya IHSG.

"Pekan ini juga akan ada pengumuman inflasi Amerika Serikat, apabila inflasi tersebut menguat semestinya kebijakan moneter kontraktif akan terus dilakukan, yang terpenting jika kebijakan tersebut dapat dikendalikan hal tersebut berpotensi untuk mencegah terjadinya stagflasi," tamban Nafan.

Akan tetapi, adanya turbulensi global yang salah satunya disebabkan oleh ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan supply chain destruction, sehingga berpotensi menyebabkan stagflasi akibat kebijakan pengetatan moneter the Fed yang agresif namun tidak diiringi dengan keseimbangan yang membuat kinerja ekonomi Amerika Serikat terakselerasi.

Ia menambahkan, koreksi IHSG ini masih akan terus berlanjut pada bulan Mei ini yang dan masih terus berada dalam gelombang koreksi, seiringan dengan adanya adagium sell on May and go away, serta sentimen negatif yang masih mengiringi lainnya.

Di sisi lain, Nafan menyebutkan sebaiknya para pelaku pasar untuk melakukan wait and see sambil menunggu adanya katalis positif.

Adapun beberapa sentimen positif akan datang dalam jangka pendek ialah, rilis indeks data keyakinan konsumen jika indeks tersebut menunjukan hasil kenaikan tujuh bulan berturut-turut berada diatas 100, hal tersebut menandakan semakin menguatnya tingkat kepercayaan domestik.

Kemudian, perilisan cadangan devisa juga dapat menjadi sentimen positif meskipun pergerakan rupiah cenderung terdepresiasi, akan tetapi cadangan devisa dinilai masih mampu memberikan kestabilan terhadap nilai rupiah.

"Cermati pergerakan data-data makro dan indikator ekonomi yang dapat memberikan dampak, karena biasanya trader akan memanfaatkan momentum jangka pendek ini untuk trading buy," tutup Nafan.