<p>Karyawan melintas didepan monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 &#8211; 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000. Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab (IHSG) terkoreksi cukup dalam hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

IHSG Anjlok di Posisi Kritis, Ini Beberapa Faktornya

  • JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan cukup dalam pada penutupan perdagangan Senin, 3 Agustus 2020. Padahal, menutup Juli 2020, IHSG menyentuh level tertinggi baru sejak 11 Maret 2020. Pada perdagangan hari ini, IHSG anjlok hingga 2,57% ke level 5.017,36 dari posisi 30 Juli 2020 pada level 5.149,63. Lalu apa penyebab anjloknya IHSG kali […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan cukup dalam pada penutupan perdagangan Senin, 3 Agustus 2020. Padahal, menutup Juli 2020, IHSG menyentuh level tertinggi baru sejak 11 Maret 2020.

Pada perdagangan hari ini, IHSG anjlok hingga 2,57% ke level 5.017,36 dari posisi 30 Juli 2020 pada level 5.149,63. Lalu apa penyebab anjloknya IHSG kali ini?

Pengamat pasar modal Fendi Susiyanto mengungkapkan, faktor utama penggerus IHSG hari ini adalah antisipasi pasar menghadapi pengumuman produk domestik bruto (PDB) kuartal II pada 5 Agustus nanti. Kalangan pelaku pasar melihat, PDB bakal anjlok hingga minus 5% sampai minus 6%.

“Meskipun sudah diantisipasi pasar, tapi para investor cenderung wait and see sambil lakukan profit taking pasca indeks gagal tembus resistance 5.200,” ungkap Fendi yang juga CEO Finvesol Consulting Indonesia kepada TrenAsia.com, Senin, 3 Agustus 2020.

Fendy menjelaskan, perkiraan PDB yang anjlok membuat Indonesia berada di jurang resesi menyusul Singapura dan Korea Selatan. Menurut Fendi, pertumbuhan PDB memang sangat berat di kuartal II lalu, mengingat pembatasan sosial berskala besar dan dampak pandemi sangat terasa pada April, Mei, dan pertengahan Juni.

“Saat ini, investor cukup antisipasi di minus 6% dan akan menjadi khawatir apabila aktual PDB kuartal II lebih dalam dari perkiraan pasar,” imbuh Fendi.

Pemilik podcast OmFin Channel di Youtube ini juga melihat kinerja emiten kuartal II yang telah mencerminkan dampak pandemi COVID-19 sebagai faktor lain penggerus IHSG. Selain itu, rupiah juga melemah dan cenderung test ke level Rp15.000 per dollar AS.

Dengan kondisi saat ini, Fendi melihat IHSG ada di posisi kritis dan berpeluang melanjutkan penurunan. “Pada rentang 4.200 hingga 4.600,” jelasnya.

Meski begitu, Fendi berharap, PDB Indonesia bisa positif 0,3% pada akhir tahun 2020 dengan pertumbuhan di kuartal IV berkisar 3,7% seiring membaiknya konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta mulai tumbuhnya ekspor.