<p>Pekerja beraktifitas dengan latar belakang layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat 5 Juni 2020. IHSG ditutup menguat 0,63% atau 31,08 poin ke level 4.947,78 pada akhir perdagangan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

IHSG Berpeluang Naik Lagi Didorong PSBB Transisi

  • JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini diprediksi kembali menguat dengan dukungan berbagai sentimen positif dari dalam negeri. Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menilai IHSG berpeluang menguat seiring kenaikan cadangan devisa. Artinya, aliran modal asing yang kembali ke Indonesia dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi bakal menjadi katalisator pasar […]

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini diprediksi kembali menguat dengan dukungan berbagai sentimen positif dari dalam negeri.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menilai IHSG berpeluang menguat seiring kenaikan cadangan devisa. Artinya, aliran modal asing yang kembali ke Indonesia dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi bakal menjadi katalisator pasar saham.

“IHSG kami perkirakan berpeluang menguat sepekan dengan kecenderungan menguat di awal pekan dan berpeluang koreksi di akhir pekan,” kata dia kepada TrenAsia.com, Minggu, 14 Juni 2020.

Dia memproyeksi IHSG bergerak pada area support di level 4.712-4.800. Sedangkan, dia juga memerkirakan IHSG pada area resistance bakal bergerak di rentang 4.969-5.139.

Pada akhir pekan lalu, Jumat, 12 Juni 2020, IHSG ditutup naik tipis 0,53% ke level 4.880,36. Sepanjang pekan, IHSG ditutup terkoreksi 1,36% dengan level tertinggi 5.070,56.

Memang, cadangan devisa (cadev) per Mei 2020 melejit US$2,6 miliar menjadi US$130,5 miliar setara Rp1.821 triliun. Pemerintah juga telah melonggarkan PSBB agar aktivitas ekonomi kembali menggeliat.

Selain sentimen dari dalam negeri, Hans Kwee juga memerkirakan faktor dari pasar global bakal mempengaruhi gerak IHSG sepekan. Salah satunya adalah pasar keuangan dunia yang sempat khawatir gelombang kedua COVID-19 ditandai dengan kenaikan kasus di California, Texas, dan Arizona, Amerika Serikat.

Kekhawatiran penyebaran virus ditambah aksi demonstrasi protes atas kematian George Floyd yang berpotensi mengerek kasus infeksi COVID-19 baru-baru ini di AS.

Akhir pekan lalu, pasar AS memang berhasil rebound dari tekanan ditandai dengan naiknya saham perusahaan yang kinerjanya bergantung pada pembukaan kembali ekonomi. Pasar modal berhasil menguat dengan harapan gelombang kedua tidak akan parah dan janji tidak ada penutupan ekonomi lagi oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Sementara bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, justru pesimistis pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. The Fed memerkirakan pemulihan ekonomi butuh waktu, potensi penurunan ekonomi, yang tentu menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar dunia.

Bank sentral AS yang bakal mempertahankan suku bunga acuan diproyeksi tidak akan mengereknya hingga 2022, menjadi kabar baik bagi pasar di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Likuiditas dolar AS akan sangat diburu investor.

Sementara prediksi Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Bank Dunia yang menunjukkan ekonomi masih akan menghadapi kontraksi, menjadi sentimen negatif di pasar lantaran menandakan potensi kemerosotan laba korporasi.

Terpisah, Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, memperkirakan IHSG pada awal pekan akan bergerak di level 4.698-4.996.

“Perjalanan pergerakan IHSG masih terlihat berada dalam rentang konsolidasi wajar, jelang rilis data perekonomian neraca perdagangan pada hari ini yang disinyalir masih berada dalam kondisi stabil akan turut mewarnai pergerakan IHSG,” kata dia.

Adapun, pergerakan nilai tukar rupiah serta fluktuasi harga komoditas akan turut memberikan sentimen pada pergerakan IHSG hingga beberapa waktu mendatang. Kurs rupiah pada akhir pekan lalu ditutup melemah 113 poin atau 0,81% ke level Rp14.133 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp14.020 per dolar AS. (SKO)