Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Rekomendasi

IHSG Bullish, Saham-saham 2nd Liner Lebih Potensial

  • Menurut data RTI Business, IHSG ditutup menguat 0,56% di posisi 6.718,97 setelah sebelumnya bergerak di rentang 6.676,93-6.719,05.

Rekomendasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Saham-saham 2nd liner menjadi lebih potensial seiring dengan pola bullish flag pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Rabu, 5 Juli 2023.

Menurut data RTI Business, IHSG ditutup menguat  0,56% di posisi 6.718,97 setelah sebelumnya bergerak di rentang 6.676,93-6.719,05.

Indeks LQ45 pun terpantau menguat pada perdagangan hari ini, yakni sebesar 0,5% di posisi 953,44.

Tercatat ada 322 saham yang menguat, 207 saham melemah, dan 205 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp8,9 triliun, naik dari Rp7,7 triliun pada perdagangan sebelumnya.

Sementara IHSG menguat, mayoritas indeks bursa kawasan Asia mengalami penyusutan, misalnya Nikkei yang melemah 0,25% di posisi 33.338.

Kemudian, indeks Hang Seng terpantau melemah 1,57% di posisi 19.110, Shanghai Composite menyusut 0,69% di level 3.222, sedangkan Straits Time melemah 0,57% di angka 3.185.

Tidak hanya di Asia, indeks bursa FTSE dan Xetra Dax di Eropa pun terpantau melemah dengan penurunan masing-masing sebesar 0,61% di posisi 7.474 dan 0,61% di level 15.941.

Founder WH Project William Hartono mengatakan bahwa pola bullish flag IHSG akhirnya terkonfirmasi pada perdagangan kemarin, namun yang lebih menarik belakangan ini adlaah saham-saham 2nd liner.

Untuk diketahui, saham 2nd liner atau yang biasa juga disebut sebagai mid caps adalah saham dari emiten dengan kapitalisasi pasar Rp500 miliar-Rp10 triliun dan pergerakannya cenderung lebih fluktuatif dibanding saham dari emiten big caps yang kapitalisasi pasarnya di atas Rp10 triliun.

Saham-saham 2nd liner dikatakan William menjadi relatif lebih menarik daripada 1st liner (big caps). Selain karena faktor nilai transaksi IHSG yang masih di bawah rata-rata, yakni Rp10 triliun, pergerakan indeks yang mencerminkan kinerja saham big caps pun menjadi penanda turunnya minat terhadap emiten-emiten berkapitalisasi pasar terbesar.

"Jika melihat pergerakan IHSG yang nampak lesu, itu bisa dikatakan bahwa saat itu saham-saham big caps menjadi kurang menarik," ujar William dikutip dari riset harian, Kamis, 6 Juli 2023.

Akan tetapi, walaupun saham-saham big caps dinilainya kurang menarik untuk saat ini, namun setidaknya pola bullish flag pada IHSG yang sebelumnya belum mampu ditembus akhirnya bisa tertembus juga.

"Umumnya, konfirmasi hari pertama (6 Juli 2023) akan memicu fase retest, namun melihat adanya kenaikan nilai transaksi, kami menilai bahwa penguatan IHSG kali ini sudah lebih valid untuk konfirmasi pola dan melanjutkan penguatan," tambah William.

Sementara itu, belum ada sentimen baru yang perlu diperhatikan selain risalah rapat The Federal Reserve (The Fed) untuk pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) periode Juni 2023.

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang disebutkan di atas, William memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat di rentang 6.618-6.754.