Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

IHSG Dibuka Naik Tipis, Saham BBCA, BBRI dan BBNI Memerah

  • IHSG dibuka menguat tipis 6,6 poin atau 0,09%  ke level 7.142. Namun, saham-saham perbankan jumbo seperti BBCA, BBRI dan BBNI terpantau memerah.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan Selasa, 7 Mei 2024, terpantau mengalami penguatan tipis 6,6 poin atau 0,09%  ke level 7.142. Namun, saham-saham perbankan jumbo seperti BBCA, BBRI dan BBNI terpantau memerah. 

Berdasarkan data RTI Business pada pukul 9:07 WIB, indeks composite bergerak di level 7.136 – 7.155. Dari performa emiten terpantau 199 saham melesat, 148 melemah, dan 179 stagnan. Adapun kapitalisasi pasar bursa selama sesi awal ini berada di angka Rp12.045,28 triliun. 

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi perbankan paling tekor dengan pelemahan 1,28% ke level Rp9.675 per saham. Adapun frekuensi saham BBCA mencapai 1.585 dengan volume perdagangan 4 juta lembar saham dan nilai transaksi mencapai Rp40 miliar. 

Baca Juga: IHSG Potensi Menguat, Saham ANTM, CTRA dan PNLF Layak Diburu

Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terpantau melemah 0,84% ke level Rp4.750 per saham. Adapun frekuensi saham BBRI mencapai 4.666 dengan volume perdagangan 25 juta lembar saham dan nilai transaksi tembus Rp120 miliar. 

Kemudian, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terpantau melemah 0,21% ke level Rp4.800 per saham. Adapun frekuensi saham ini di angka 1.137 dengan volume perdagangan 1 juta lembar saham dan nilai transaksi Rp7 miliar. 

Satu-satunya saham perbankan jumbo yang tidak mengalami perubahan harga adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Saham ini stagnan di level Rp6.275 per saham. Adapun frekuensi saham BMRI mencapai 1.064 dengan volume perdagangan 9 juta lembar saham dan nilai transaksi Rp59 miliar. 

Net Sell Asing Kuat

Meskipun pada perdagangan Senin, 6 Mei 2024, terdapat dua perbankan jumbo yang ditutup di zona hijau. Namun, tekanan jual investor asing atau net sell terhadap saham-saham perbankan jumbo masih sangat besar. 

Misalnya, saham BBRI yang ditutup menguat 0,84% ke level Rp4.790 per saham, harus merasakan tekanan jual asing yang nilainya mencapai Rp368 miliar. Begitu juga BMRI yang ditutup melesat 2,03% ke level Rp6.275 per saham harus merasakan net sell asing sebesar Rp268,8 miliar. 

Sementara itu, BBNI yang ditutup melemah 0,41% ke level Rp4.810 per saham, juga harus merasakan net sell asing sebesar Rp147,7 miliar. Begitu juga BBCA yang melemah 0,51% ke level Rp9.800 per saham juga kedapatan net sell asing sebesar Rp4,1 miliar. 

Baca Juga: Saham BREN Ambrol Usai Suspensi Dibuka, Market Cap Menguap Rp94 Triliun

Sentimen IHSG Hari Ini 

Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi IHSG menguat terbatas pada pada perdagangan hari ini dengan pergerakan support dan resistance di level 7.090 – 7.170. “Potensi koreksi berpotensi terjadi hari ini, karena tensi geopolitik kembali meningkat,” jelasnya dalam riset harian Selasa, 7 Mei 2024. 

Pilarmas menjelaskan, tensi geopolitik kembali meningkat, yang akan mampu mengubah suasana pasar hari ini. Kali ini pesan mengenai gencatan senjata hadir antara Hamas dengan Israel, dimana Hamas menyetujui proposal gencatan senjata di jalur Gaza. 

Namun, Israel menolak dengan suara bulat karena dianggap masih jauh dari tuntutan yang diperlukan oleh Israel. “Alhasil, proposal gencatan tersebut, memupuskan harapan untuk segera menghentikan pertempuran,” paparnya. 

Menurut Pilarmas, pasar Amerika hari ini ditutup dengan penguatan yang masih berlangsung, dipicu oleh harapan akan pemangkasan tingkat suku bunga The Fed pada tahun ini. Namun, tensi geopolitik juga memiliki dampak signifikan; jika terjadi serangan Israel lagi, pasar dapat semakin tertekan di masa mendatang. 

Selain itu, penting untuk menyelesaikan konflik ini agar tidak ada lagi korban, karena yang tersisa hanyalah kesedihan. “Saat ini, sangat penting untuk berhati-hati, mengamati, dan memahami situasi dan kondisi yang sedang terjadi, karena arah pergerakan pasar mungkin akan tidak pasti,” tegas Pilarmas.

Pilarmas juga menambahkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I 2024 sebesar 5,11% (Year-on-Year/YoY), menandai peningkatan dari periode sebelumnya yang mencapai 5,04% YoY. 

“Ini berbeda dengan prediksi lembaga lain seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Pembangunan Asia yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5% untuk tahun ini,” jelasnya.