<p>Nasabah melakukan transaksi anjungan tunai mandiri (ATM) di gerai BCA Mal Gandaria City, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Oktober 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

IHSG Meroket, Saham BCA dan BRI Laris Manis Diborong Investor Asing

  • Meski resmi masuk jurang resesi akibat ekonomi Indonesia negatif 3,49% pada kuartal III-2020, namun pertumbuhan secara kuartalan positif sebesar 5,05%, membuat pelaku pasar mengapresiasi positif capaian itu.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Meski resmi masuk jurang resesi akibat ekonomi Indonesia negatif 3,49% pada kuartal III-2020, namun pertumbuhan secara kuartalan positif sebesar 5,05%, membuat pelaku pasar mengapresiasi positif capaian itu.

Pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terkait ekonomi nasional yang terkontraksi 3,49% rupanya memengaruhi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona hijau. Terbukti pada perdagangan Kamis, 5 November 2020, IHSG ditutup melesat 3,04% atau tumbuh 155,12 basis poin ke posisi 5.260,32.

Sepanjang perdagangan, investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan transaksi senilai Rp9,9 triliun dengan volume saham 14,63 miliar. Sebanyak 321 saham berhasil menguat, 247 bergerak statis, dan hanya 144 seham yang bergerak turun.

Saham-saham berkapitalisasi pasar besar di Indeks LQ45 menjadi penopang kinerja IHSG dengan kenaikan 4,07%. Sementara dari sisi sektoral, infrastruktur dan finansial menjadi pengungkit dengan kenaikan masing-masing 4,67% dan 4,31%.

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menjelaskan, kinerja mengesankan IHSG ini tidak lepas dari keyakinan investor terhadap proyeksi ekonomi Indonesia setelah disahkannya Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) alias omnibus law. Di samping itu, kinerja positif perbankan dengan non-performing loan (NPL) yang tidak lebih dari 5% juga turut mendorong penguatan.

“Rentetan hal positif tersebut mampu menggeser stigma negatif dari indikasi resesi Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan PDB yang negatif selama dua kuartal berturut-turut,” terang Lanjar dalam riset harian yang diterima TrenAsia.com, Kamis, 6 November 2020.

Kinerja memukau IHSG ini diperkuat dengan pergerakan investor asing yang turut mencatatkan aksi beli bersih (net foreign buy/NFB) senilai Rp711,04 miliar. Dengan demikian, nilai jual bersih asing (net foreign sell/NFS) sejak awal tahun pun susut menjadi Rp47,36 triliun.

Berdasarkan data RTI Business, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling laris diborong asing hingga mencapai Rp492,6 miliar. Disusul saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) senilai Rp257.4 miliar.

Di sisi lain, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) milik Grup Djarum justru menjadi saham yang paling banyak dilepas asing dengan nilai menyentuuh Rp63,7 miliar. Diikuti PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang dilepas sebanyak Rp43,3 miliar. (SKO)

10 Saham Paling Diburu Asing
  • BBCA: Rp492,8 miliar
  • BBRI: Rp257,4 miliar
  • UNVR: Rp47,1 miliar
  • MDKA: Rp45,6 miliar
  • SMGR: Rp27,3 miliar
  • TBIG: Rp13,4 miliar
  • INKP: Rp12,5 miliar
  • KLBF: Rp11,7 miliar
  • INTP: Rp9,9 miliar
  • CPIN: Rp9,1 miliar
10 Saham Paling Banyak Dilego Asing
  • TOWR: Rp63,7 miliar
  • WSKT: Rp43,3 miliar
  • MNCN: Rp38,5 miliar
  • LPPF: Rp32,3 miliar
  • UNTR: Rp13,8 miliar
  • AALI: Rp10,4 miliar
  • MAPI: Rp7,8 miliar
  • INDF: Rp7,3 miliar
  • AKRA: Rp2,4 miliar
  • ULTJ: Rp1,9 miliar