<p>Pewarta mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jum&#8217;at, 20 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

IHSG Rebound 40 Persen Sejak Maret, Aberdeen Yakin 2021 BEI Jawara di ASEAN

  • Manager investasi global Aberdeen Standard Investments memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia bakal juara mengungguli pasar modal regional ASEAN pada 2021.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Manager investasi global Aberdeen Standard Investments memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia bakal juara mengungguli pasar modal regional ASEAN pada 2021.

Investment Director Aberdeen Bharat Joshi mengatakan peluang unggul pasar modal Indonesia dibandingkan dengan regional sangat terbuka lebar setelah pulih dari pukulan telak akibat pandemi COVID-19.

IHSG tercatat telah rebound sekira 40% sejak level terendah tahun ini yang terjadi pada Maret 2020. Namun memang, saat ini IHSG masih lebih rendah 11,55% year-to-date (ytd) dari level awal 2020.

Posisi itu memang menjadi juru kunci di atas Thailand dan Singapura yang masing-masing berada di zona negatif 12,28% dan 12,89% ytd. Bahkan, posisi itu juga menjadi juru kunci indeks berkinerja terburuk di Asia Pasifik.

Aberdeen mengamini seruan bullish yang terus melejit pada saham-saham Asia Tenggara yang melemah belakangan ini. Dengan aliran investor global ke saham bernilai ekonomi sensitif, reli IHSG diproyeksi dapat mengumpulkan tenaga.

Dimotori Saham Finansial

Menurut dia, Indonesia adalah rumah bagi beberapa saham keuangan terbesar di kawasan ini. Saham-saham tersebut akan membantu memimpin kenaikan yang diikuti oleh saham perusahaan material dan otomotif.

“Indonesia punya banyak nama siklus. Dengan semangat yang kembali ke Asia setelah berita positif vaksin, Indonesia kemungkinan akan mengungguli tetangganya,” ujarnya dilansir Bloomberg, Minggu, 22 November 2020.

Dia menjelaskan, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pada kuartal III-2020, PDB Indonesia menyusut 3,49% dan mendorong negara ke jurang resesi untuk pertama kali dalam lebih dari dua dekade terakhir.

Akan tetapi, kontraksi ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu lebih kecil dari koreksi 5,32% pada kuartal sebelumnya. Penurunan ekonomi kuartal ketiga tersebut juga tidak separah kontraksi di negara tetangga di Asia Tenggara yang bergantung pada ekspor.

Kendati demikian, konsumen tetap berhati-hati, karena total infeksi virus telah berlipat ganda dalam dua bulan terakhir menjadi 480.000 kasus. Penjualan ritel di negara terpadat keempat di dunia itu turun 8,7% pada September, meskipun penurunan itu menyempit selama empat bulan berturut-turut, menurut survei Bank Indonesia (BI).

Joshi mengatakan kenaikan harga komoditas serta program bantuan sosial pemerintah akan membantu meningkatkan sentimen konsumen, yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan fundamental perusahaan dan harga saham.

“Saat kami memasuki 2021, kami tetap bullish pada saham keuangan, material, dan siklus yang diperkirakan akan mengalami peningkatan pendapatan dan margin menyusul basis yang lemah dan lebih kecil pada tahun 2020,” katanya. (SKO)