<p>Layar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di atas 5.000 dan parkir di zona hijau dengan menguat 0,85 persen ke level 5.176,099 pada akhir sesi. Sebanyak 213 saham menguat, 217 terkoreksi, dan 161 stagnan, IHSG mengalami penguatan seiring dengan sentimen Omnibus Law dan langkah Bank Indonesia untuk pemulihan ekonomi. Selain itu, rencana merger bank BUMN syariah turut mendorong saham-saham perbankan lainnya, dan mengisi jajaran top gainers hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

IHSG Reli 8 Hari Beruntun Didorong Aksi BUMN, Saham Antam Melesat

  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menunjukkan geliat yang menggembirakan sejak sepekan terakhir. Terbukti, pada perdagangan 14 Oktober 2020, IHSG kembali melanjutkan reli penguatan ke level 5.176,09. Posisi ini naik 43,57 basis poin atau 0,84% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di level 5.132,57.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menunjukkan geliat yang menggembirakan sejak sepekan terakhir. Terbukti, pada perdagangan 14 Oktober 2020, IHSG kembali melanjutkan reli penguatan ke level 5.176,09. Posisi ini naik 43,57 basis poin atau 0,84% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di level 5.132,57.

Sepanjang perdagangan, total transaksi di pasar modal hari ini mencapai Rp12,15 triliun. Dengan pergerakan 216 emiten menguat, 277 tidak bergerak atau statis, sisanya 219 terpeleset turun.

Saham-saham big caps di Indeks LQ45 turut menjadi pengerek kenaikan IHSG hari ini dengan pertumbuhan 1,62%. Ditambah peningkatan dari dua sektor pengungkit utama IHSG, yakni tambang dan infrastruktur. Keduanya menunjukkan penguatan 3,72% dan 1,69% secara berurutan.

Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menjelaskan, kenaikan saham-saham tambang ini terpicu oleh rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk perusahaan holding baterai nikel. Kabarnya, nilai investasi untuk holding ini mencapai US$12 miliar atau Rp176,4 triliun (kurs Rp14.700 per dolar Amerika Serikat).

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) bakal menjadi salah satu perusahaan yang masuk dalam konsorsium tersebut.

“Permintaan perusahaan China dan Korea Selatan untuk membentuk perusahaan sektor hilir baterai listrik di Indonesia dengan jumlah investasi yang cukup besar menjadi faktor utama,” terang Lanjar dalam riset hariannya yang diterima TrenAsia.com, Rabu 14 Oktober 2020.

Tak pelak, dalam perdagangan bursa hari ini, saham ANTM pun melejit 24,84% ke level Rp955 per lembar. Disusul saham tambang lainnya, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan kenaikan 9,4%. Lalu saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan peningkatan 7,95%.

Berkat pergerakan yang cemerlang tersebut, investor asing pun akhirnya turut mencatatkan aksi beli bersih (net foreign buy/NFB). Investor asing berhasil masuk di angka Rp39,53 miliar. Aksi ini sedikit memangkas total jual bersih asing (net foreign sell/NFS) sejak awal tahun menjadi Rp46,07 triliun.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menjadi saham yang paling banyak diborong asing dengan nilai Rp127,3 miliar. Disusul saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai beli bersih Rp108 miliar.

Sebaliknya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menjadi saham yang paling banyak dilego asing senilai Rp72,7 miliar. Diikuti saham PT United Tractors (UNTR) senilai Rp56 miliar. (SKO)

10 emiten dengan aksi beli bersih terbanyak
  • BBNI: Rp127,3 miliar.
  • BBRI: Rp108 miliar
  • BBCA: Rp67,3 miliar.
  • BMRI: Rp29,7 miliar.
  • MDKA: Rp23,8 miliar.
  • POLL: Rp11,8 miliar.
  • ICBP: Rp9,9 miliar.
  • TBIG: Rp7,9 miliar.
  • TLKM: Rp7,4 miliar.
  • HMSP: Rp5,5 miliar.
10 emiten dengan aksi jual bersih asing terbesar
  • TOWR: Rp72,7 miliar.
  • UNTR: Rp56 miliar.
  • MIKA: Rp24,7 miliar.
  • INDF: Rp18,5 miliar.
  • KLBF: Rp15,3 miliar.
  • BSDE: Rp14,4 miliar.
  • SMGR: Rp9,1 miliar.
  • GGRM: Rp6,9 miliar.
  • SIDO: Rp4,1 miliar.
  • ACES: Rp3,2 miliar.