IHSG Rontok Akibat Sentimen Negatif ke Sektor Properti Usai Kebangkrutan Evergrande di China
- Tumbangnya raksasa properti China Ervergrande membawa sentimen negatif ke sektor properti Tanah Air dan membuat IHSG jatuh ke level 6.061.
Pasar Modal
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam pada penutupan sesi pertama perdagangan Senin, 20 September 2021. Indeks domestik turun 1,17% ke level 6.061,41 pada tengah hari tadi.
Pengamat Pasar Modal dari MNC Asset Management Edwin Sebayang memperkirakan hal ini dipengaruhi oleh potensi kebangkrutan yang dialami perusahaan properti terbesar kedua di China, Evergrande.
“Penurunan tajam IHSG sebagai dampak dari bangkrutnya Evergrande senilai US$300 miliar yang kemudian berdampak kepada tajamnya kejatuhan Indeks Hangseng hingga 3,16 persen,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Senin, 20 September 2021.
- Aga Bakrie Dicalonkan sebagai Komisaris Utama Bumi Resources Minerals
- Mau Diambil Alih Akulaku, Total Investor Bank Neo Commerce Kian Ramai
- Yuk Jadi Investor di Fintech P2P Lending, Simak Cara dan Syaratnya!
Menurutnya, kebangkrutan yang dialami Evergrande akan berdampak pada saham-saham emiten properti yang berada di Tanah Air. Secara tidak langsung, kata dia, investor akan cautious alias hati-hati terhadap saham sektor properti.
Terlilit Utang
Berdasarkan laporan Reuters, Senin, 20 September 2021, saham Evergrande anjlok lebih dari 15% pada perdagangan hari ini. Hal ini memperparah kerugian karena investor memandang negatif prospek bisnis perseroan menjelang dekatnya tenggat waktu kewajiban pembayaran pekan ini.
“Pada 02.45 GMT, saham anjlok 14,6 persen menjadi 2,17 dolar Hong Kong, terendah sejak Oktober 2011,” tulis laporan tersebut.
Tak hanya itu, unit bisnis properti perusahaan turun lebih dari 8%, diikuti oleh unit mobil listrik yang terkoreksi 2%. Sedangkan, perusahaan streaming film Hengten Net, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Evergrande, rontok hingga 10%.
Di tengah krisis yang dialami akibat terlilit utang, perseroan berencana mengembalikan pinjaman dengan aset-aset yang dimiliki perseroan. China Evergrande Group turut memberikan sejumlah opsi bagi para investor yang menuntut haknya.
Pertama, dapat melalui aset properti, menghubungi konsultan investasi mereka terlebih dahulu, atau melalui situs penerimaan lokal. Cara tersebut merupakan salah satu dari tiga opsi yang ditawarkan Evergrande dalam keterlambatan pembayaran produk wealth managemennya.
Langkah itu diambil setelah ratusan investor dari seluruh China mendatangi kantor pusat perusahaan di Shenzhen untuk menuntut pembayaran kembali investasi mereka. Totalnya mencapai 40 miliar Yuan atau US$6,19 miliar, setara dengan Rp88,13 triliun (kurs tengah BI Rp14.238).