
IHSG Terjun, Investor Justru Borong Saham Big Banks dan GOTO
- Harga saham-saham tersebut anjlok dengan BBCA turun 7,35%, BBRI merosot 7,90%, BMRI tertekan 8,27%, dan BBNI melemah 4,72%.
Bursa Saham
JAKARTA – Di tengah kejatuhan pasar yang tajam, sejumlah investor justru memanfaatkan momentum ini untuk memborong saham-saham unggulan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 7,71% ke level 6.008,47 pada akhir sesi pertama perdagangan, Selasa, 8 April 2025.
IHSG bahkan sempat terkena trading halt pada pukul 09.00–09.30 WIB akibat penurunan lebih dari 8% dalam waktu singkat. Dari 788 saham yang diperdagangkan, sebanyak 672 saham terbenam di zona merah, hanya 23 yang menguat, dan 93 lainnya stagnan.
Tekanan jual melanda hampir seluruh sektor, termasuk saham-saham perbankan papan atas seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
- Apa Itu “Hands Off!” Aksi Protes Kebijakan Trump
- Kontroversi Lucky Hakim, Bupati Indramayu Viral yang Asyik Plesiran ke Jepang
- Pasar Asia Bangkit, Indonesia Justru Koreksi: BEI Ubah Aturan Demi Stabilkan IHSG
Harga saham-saham tersebut anjlok dengan BBCA turun 7,35%, BBRI merosot 7,90%, BMRI tertekan 8,27%, dan BBNI melemah 4,72%. Namun, berdasarkan data dari Stockbit investor justru menunjukkan aksi beli yang signifikan.
Misalnya, saham berkodekan BBCA mencetak net buy sebesar Rp585,8 miliar, BMRI Rp165,8 miliar, BBRI Rp56,5 miliar, dan BBNI Rp40,4 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian pelaku pasar melihat pelemahan tajam ini sebagai kesempatan untuk melakukan akumulasi terhadap saham-saham bank besar.
Tak hanya sektor perbankan, aksi beli juga terlihat pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). GOTO mencatatkan net buy sebesar Rp136,4 miliar, sedangkan TLKM sebesar Rp46,2 miliar.
Namun demikian, tekanan jual tetap mendominasi hingga GOTO terkoreksi 14,46% dan menyentuh auto reject bawah (ARB), sementara TLKM turun 10,37%. Kendati begitu, kondisi ini tetap menunjukkan secercah harapan di tengah koreksi IHSG.
Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, mengatakan bahwa tekanan jual besar-besaran hari ini tak lepas dari kekhawatiran pasar terhadap perkembangan global selama libur Idulfitri.
“Salah satu faktor pemicu adalah kebijakan tarif balasan dari Amerika Serikat terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang dikenakan tarif sebesar 32%. Situasi ini menimbulkan kecemasan investor terhadap prospek perdagangan dan pertumbuhan ekonomi ke depan, sehingga memicu aksi sell-off,” jelasnya.
Sebagai informasi, kondisi IHSG hari ini merefleksikan respons emosional pasar terhadap dinamika global, khususnya terkait kebijakan tarif dari Amerika Serikat terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Menariknya, kondisi IHSG pagi ini justru berbanding terbalik dengan mayoritas bursa Asia yang menghijau. Saat IHSG anjlok, hampir seluruh indeks di Asia menunjukkan penguatan pada awal perdagangan.
Pada pukul 09.32 WIB, bursa Shanghai naik 0,6%, Hang Seng melonjak 2%, indeks Korea Selatan menguat 1,6%, Nikkei Jepang terbang 6,4%, dan bursa Malaysia naik tipis 0,4%. Hanya bursa Singapura yang terkoreksi 1,9%.
Kondisi ini mencerminkan perbedaan momentum pasar. Bursa Asia telah mencermati dampak global sejak pekan lalu, sementara IHSG baru kembali dibuka hari ini setelah libur panjang Lebaran dari 28 Maret hingga 7 April.
Dengan demikian, tekanan jual yang terjadi di IHSG merupakan respons tertunda terhadap dinamika global. Ketidakpastian pasar kian meningkat usai Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan tarif baru pada Rabu, 2 April 2025.