Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

IHSG Tumbuh 4,09 Persen Jelang Akhir Tahun, Tertinggi Kedua di Bursa ASEAN

  • Pada 28 Desember 2022, IHSG ditutup di posisi 6.850,52. Sementara itu, pada 30 Desember 2021, IHSG tercatat di posisi 6.581,48.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 4,09% secara year-to-date (ytd) menjelang akhir tahun 2022 dan menjadi peningkatan tertinggi kedua di bursa ASEAN.

Pada 28 Desember 2022, IHSG ditutup di posisi 6.850,52. Sementara itu, pada 30 Desember 2021, IHSG tercatat di posisi 6.581,48.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan, kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2022 masih diwarnai gejolak fluktuasi pasar yang diikuti pelemahan bursa secara global, terlebih lagi dalam sebulan terakhir.

"Meskipun demikian, perlu kami sampaikan bahwa secara umum, kinerja pasar modal secara ytd masih mencatatkan pertumbuhan yang positif," ujar Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, Kamis, 29 Desember 2022.

Perkembangan indeks saham di setiap negara dengan kapitalisasi pasar di atas US$100 miliar. Sumber: presentasi Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun 2022 OJK. 

Selain menjadi indeks dengan peningkatan tertinggi kedua setelah Singapura, IHSG pun sempat menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah atau all time high (ATH) di posisi 7.318,01 pada 13 September 2022.

Nilai kapitalisasi pasar saham dalam negeri pun mengalami pertumbuhan 15,18% ytd ke angka Rp9,5 kuadriliun. Angkanya pun sempat mencapai ATH pada 27 Desember 2022 di posisi Rp9,6 kuadriliun.

Inarno menambahkan, perkembangan pasar modal syariah pun cukup positif pada tahun 2022, tercermin dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang meningkat 15,53% dari 189,02 poin pada 30 Desember 2021 menjadi 218,38 poin pada 28 Desember 2022.

Kapitalisasi pasar saham syariah Tanah Air pun terpantau meningkat 20,52% ytd dari Rp3,98 kuadriliun menjadi Rp4,8 kuadriliun dalam rentang periode yang sama.

Namun, terlepas dari kinerja bursa saham yang cukup positif, instrumen reksa dana masih mengalami penurunan karena beberapa faktor, terutama karena kebijakan shifting unit link ke instrumen keuangan lain di luar produk reksa dana.

Per 27 Desember 2022, total nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana berada di angka Rp505,69 triliun atau menurun 12,58% dari Rp578,44 triliun pada 30 Desember 2021.

Jumlah produk reksa dana pun menyurut dari 2.198 menjadi 2.143 per 28 Desember 2022 dengan penurunan 2,5% ytd.

Asset Under Management (AUM) juga ikut terdampak oleh penurunan NAB, yang mana posisinya tercatat di angka Rp829,56 triliun atau turun 2,49% ytd dari Rp850,73 triliun pada akhir 2021.

"Setelah kita mengaruni bersama tahun 2022 yang sangat fluktuatif dan penuh gejolak ini, kami selaku regulator di bidang pasar modal berharap capaian kinerja pasar modal sepanjang tahun ini dapat menjadi modal awal untuk meningkatkan semangat dan optimisme kita bersama dalam mewujudkan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman, nyaman, dan terpercaya," ujar Inarno.