Iklim Ekonomi Kondusif, Dana Kelolaan Reksa Dana Bisa Tembus Rp1.000 Triliun
- OJK turut menargetkan dana kelolaan reksa dana sebesar Rp1.000 triliun pada 2027.
Pasar Modal
JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis industri reksa dana di pasar modal akan tumbuh pesat dengan potensi dana kelolaan dapat bertumbuh mencapai Rp1.000 triliun dalam tiga tahun ke depan.
Head of Wealth Management Mirae Asset M. Arief Maulana menjelaskan bahwa ada dua faktor utama pendorong pertumbuhan industri reksa dana. Pertama, inovasi teknologi informasi dari pelaku pasar modal.
“Dengan inovasi teknologi informasi, kami meyakini target industri reksa dana Rp1.000 triliun pada 2027 akan mudah tercapai, bahkan bisa lebih cepat lagi,” ujarnya dalam Media Day beberapa waktu lalu.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan dana kelolaan industri reksa dana pada tahun 2022 sebesar Rp504 triliun. Angka itu berasal dari 2.120 produk reksa dana yang dikelola 96 manajer investasi sejak reksadana pertama di Indonesia terbit pada 1995.
Selain itu, OJK turut menargetkan dana kelolaan reksa dana sebesar Rp1.000 triliun pada 2027. Mirae Asset sendiri menargetkan asset under administration (AUA) reksa dana tumbuh lebih cepat dengan CAGR 10% dalam 10 tahun terakhir.
- Apa Itu Efek Mandela?
- 6 Karakter Utama di Film The First Slam Dunk, Kamu Tim Sakuragi atau Rukawa?
- GoTo Rombak Kepengurusan, Ada Agus Martowardojo hingga Patrick Walujo di Jajaran Calon Komisaris
“Tahun lalu, AUA Mirae Asset tumbuh 100 persen dari Rp500 miliar menjadi Rp1 triliun. Tahun ini kami optimistis pertumbuhan AUA dapat dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan industri mengingat dana kelolaan industri reksa dana justru turun tahun lalu,” tutur Arief.
Pada kesempatan yang sama, Senior Research Analyst Mirae Asset Robertus Hardy mengatakan kondisi ekonomi tahun ini masih akan positif bagi sektor otomotif dan telekomunikasi dibandingkan dengan sektor lain.
Terkait kondisi ekonomi saat ini, Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta Utama menilai inflasi global dan nasional dapat terjaga sehingga baik Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed maupun Bank Indonesia (BI) menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga akan lebih ditahan.
Dengan iklim yang lebih kondusif itu, menurut dia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai stabil menguat sejak awal tahun diprediksi akan melanjutkan penguatannya.
“Dari 6 sektor yang masih underperform indeks, sektor yang memiliki potensi terbesar untuk outperform IHSG yaitu keuangan dan barang konsumsi siklikal,” jelasnya.