Ilustrasi bentuk perubahan kotak surat.
Dunia

Ikonik di Zamannya, Begini Sejarah Kotak Pos

  • Belum banyak yang tahu kalau 9 Oktober diperingati sebagai Hari Pos Internasional. Dalam surat menyurat atau pos, dahulu tentu kita familiar dengan kotak pos atau dalam Bahasa Belanda diebut Brievenbus.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Belum banyak yang tahu kalau 9 Oktober diperingati sebagai Hari Pos Internasional. Dalam surat menyurat atau pos, dahulu tentu kita familiar dengan kotak pos atau dalam Bahasa Belanda diebut Brievenbus. 

Usut punya usut, sejarah kotak pos berawal dari Inggris. Kotak pos berfungsi sebagai media seseorang untuk berkirim surat. Setelah itu, petugas pos akan mengumpulkan surat-surat dari kotak pos dan membawanya ke kantor pos terdekat. Dari sana, surat-surat tersebut akan dikirim ke berbagai tujuan.

Penemu kotak pos adalah seorang penulis terkenal dari Inggris, yaitu Anthony Trollope. Karya terkenalnya adalah novel fiksi yang berlatar di Barsetshire. Novel-novel tentang Barsetshire merupakan serial fiksi pertama di Inggris. Selain itu, Anthony Trollope juga pernah menjabat sebagai editor di sebuah majalah.

Ketika berusia 19 tahun, Anthony Trollope bekerja sebagai juru tulis di kantor pos Inggris. Suatu ketika, ia ditugaskan ke daerah yang dikenal sebagai Channel Islands untuk memeriksa kantor pos di sana. Di Channel Islands, ia menyaksikan penduduk harus berjalan jauh untuk mengirimkan surat.

Oleh karena itu, ia mengusulkan untuk membangun kotak pos di lokasi strategis, sehingga penduduk dapat menaruh surat-surat yang ingin mereka kirim tanpa perlu berjalan jauh ke kantor pos.

Anthony Trollope bukan orang pertama yang mencetuskan ide kotak pos. Ia mengusulkan penggunaan kotak pos di Channel Islands setelah melihat kotak pos umum sebelumnya di Prancis. Meskipun begitu, Trollope lah yang berhasil mempopulerkan kotak pos sejak tahun 1854.

Kotak pos yang dikenal dengan warna merah mencolok itu pernah menjadi tren di Inggris. Setelah kemunculannya, sekitar 100.000 kotak pos tersebar di seluruh Inggris. Ini menunjukkan betapa seringnya masyarakat Inggris menggunakan kotak pos untuk berkirim surat pada masa itu. Tidak heran kotak pos menjadi begitu populer.

Awal Kotak Pos di Indonesia

Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia memiliki perjalanan yang panjang. Kantor Pos pertama kali didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada 26 Agustus 1746. Tujuannya untuk memastikan keamanan surat-surat warga, terutama bagi para pedagang yang beroperasi di luar Jawa serta mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda.

Sejak saat itu, layanan pos mulai beroperasi dengan tugas dan fungsi melayani publik. Empat tahun setelah Kantor Pos Batavia didirikan, Kantor Pos Semarang dibuka untuk menciptakan jalur pos yang teratur antara kedua lokasi tersebut, serta mempercepat proses pengiriman. Pada masa itu, rute perjalanan pos melewati Karawang, Cirebon, dan Pekalongan.

Dilansir dari mpp.palembang.go.id, Pos Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan status, dimulai dari Jawatan PTT (Pos, Telegraf, dan Telepon). Sebagai badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan, operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih mengadakan pelayanan publik.

Perkembangan terus berlanjut hingga statusnya berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Melihat pesatnya pertumbuhan sektor pos dan telekomunikasi, pada tahun 1965 statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro).

Kemudian pada 1978 menjadi Perum Pos dan Giro, yang ditegaskan sebagai badan usaha tunggal yang menyelenggarakan layanan pos dan giro, baik hubungan dalam maupun luar negeri. Setelah 17 tahun berstatus sebagai Perum, pada Juni 1995, Pos Indonesia berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

Seiring berjalannya waktu, Pos Indonesia telah berhasil menunjukkan kreativitasnya dalam mengembangkan layanan pos di Indonesia, dengan memanfaatkan jaringan infrastrukturnya yang mencakup sekitar 24 ribu titik layanan.

Jaringan ini menjangkau 100% kota/kabupaten, hampir seluruh kecamatan, 42% kelurahan/desa, serta 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, jaringan Pos Indonesia kini memiliki lebih dari 3.800 Kantor Pos online dan dilengkapi dengan layanan pos mobile elektronik di beberapa kota besar.