arus laut.jpg
Sains

Ilmuwan Tercengang dengan Pembalikan Aneh Arus Laut Dalam

  • Temuan tersebut menunjukkan bahwa simulasi arus yang digunakan untuk melacak aliran sedimen dan polutan di laut dalam dan merekonstruksi kondisi laut purba perlu diperbarui.

Sains

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Arus berskala besar adalah sabuk konveyor lautan  yang mengangkut air dan nutrisi serta mengendalikan iklim Bumi. Arus permukaan relatif mudah diukur dan dilacak. Namun arus di laut dalam sebagian besar masih menjadi misteri. 

Kini, sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature Geoscience mengungkap kumpulan data terbesar hingga saat ini tentang kecepatan dan arah arus yang mengalir di dekat dasar laut. Haslinya sama sekali tidak seperti yang diantisipasi para ilmuwan.

Sebelumnya, arus dasar laut diyakini stabil dan di wilayah lepas pantai Mozambik yang diteliti oleh para penulis, mengalir dari selatan ke utara. Namun, hasil penelitian mengungkapkan  arus laut dalam jauh lebih dinamis daripada yang diketahui sebelumnya. 

Temuan tersebut menunjukkan bahwa simulasi arus yang digunakan untuk melacak aliran sedimen dan polutan di laut dalam dan merekonstruksi kondisi laut purba perlu diperbarui.

"Sabuk pengangkut arus yang beroperasi di seluruh planet kita akan jauh lebih rumit daripada yang ditunjukkan oleh model buku teks," kata Mike Clare dikutip dari Eos.org 30 September 2024. Dia adalah ahli sedimentologi dari Pusat Oseanografi Nasional dan penulis utama studi tersebut. "Arus-arus ini benar-benar memerlukan penyelidikan yang sangat cermat."

Mengukur Arus Kompleks

Para ilmuwan dapat mengukur arus laut dalam menggunakan sensor yang disebut profiler arus Doppler akustik (ADCP) yang dipasang di dasar laut. Namun, pemasangan dan pengelolaan tambatan ini sulit dan mahal, sehingga banyak penelitian yang menggunakannya secara terbatas untuk jangka waktu yang singkat.

Secara kebetulan, sebuah perusahaan minyak dan gas Italia bernama Eni memasang rangkaian 34 ADCP yang belum pernah ada sebelumnya untuk keperluan industri di atas lahan seluas sekitar 2.500 kilometer persegi di Selat Mozambik, tepat di lepas pantai. 

Perusahaan tersebut membagikan data tersebut, sehingga para ilmuwan memperoleh pandangan yang unik dan terperinci tentang dasar laut. Instrumen tersebut mengukur kecepatan dan arah arus setiap 10 menit selama 4 tahun. 

"Hal yang unik tentang penelitian ini adalah rangkaian waktu yang panjang yang mereka miliki untuk arus di dekat dasar laut," kata Jacob Wenegrat , seorang ahli oseanografi fisik di Universitas Maryland yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Ketika Lewis Bailey, seorang geosains yang sekarang bekerja di University of Calgary, mulai menganalisis data dari ADCP, hasilnya tampak sangat berbeda dari tren arus utara yang diharapkan. Sehingga dia bertanya-tanya apakah telah melakukan kesalahan. "Hal pertama yang saya pikirkan adalah, 'Ini tidak mungkin benar,'" katanya.

Namun setelah menghitung semua angka tersebut, para peneliti menemukan bahwa arus dasar laut sering kali bertambah cepat, melambat, dan bahkan berbalik arah. "Kami sangat terkejut melihat betapa bervariasinya semua arus bahkan di antara tambatan yang cukup berdekatan," kata Bailey. "Semua ahli geologi yang terlibat dalam proyek ini benar-benar tercengang oleh variabilitas tersebut," kata Clare.

Para peneliti menyelidiki apa yang mungkin menyebabkan variasi tersebut. "Itu hampir seperti pekerjaan detektif," kata Bailey. Arus bervariasi di antara musim dan sepanjang siklus pasang surut. ADCP dan pola di dasar laut yang terkikis mengungkapkan bahwa arus di lereng dasar laut terbuka umumnya mengalir ke utara secara rata-rata. Namun di dalam ngarai bawah laut, yang berorientasi kira-kira dari timur ke barat, arus sering kali berbalik arah, mengalir ke atas atau ke bawah sepanjang ngarai.

Para ilmuwan berspekulasi bahwa pasang surut dan topografi dasar laut sebagian besar bertanggung jawab atas karakter arus.

Di Mana Sedimen Mengendap?

Para ilmuwan mengandalkan simulasi arus laut dan sampel inti dasar laut yang terbatas untuk mempelajari transportasi dan pengendapan sedimen dan polutan seperti mikroplastik. Selain itu bagaimana hal ini dapat memengaruhi ekosistem laut dalam. Mereka juga menggunakan metode serupa untuk merekonstruksi kondisi laut purba.

Mengingat variabilitas arus di antara lokasi dalam penelitian, satu sampel inti mungkin terlalu terbatas untuk mengkarakterisasi sedimen di suatu wilayah, kata Clare. "Hal itu membuat saya menyadari bahwa kita perlu berpikir dengan sangat hati-hati tentang penempatan instrumen, dan tidak berasumsi secara apriori bahwa ini hanyalah arus searah yang berkesinambungan."

Para peneliti mengakui bahwa penelitian tersebut hanya dilakukan di satu zona lautan dunia, dan lebih banyak data di area lain akan sangat berharga untuk membangun simulasi yang lebih baik.